Epilog

2.9K 168 27
                                    

"Berpisah tuk saling mengobati."

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_




Happy Reading

***





Penyesalan memang selalu berada di akhir, dan saat hari di mana ia menyadari waktu yang terbuang hanya demi kepentingan ego. Itu sudah terlambat. Perpisahan membawa Anak itu pergi, meninggalkan pilu yang seakan membunuh jiwa.

Tak ada maaf yang bisa menggantikan waktu yang telah lewat begitu saja.

Apa yang bisa di perbuat sekarang?

"Bahkan kamu belum memaafkan Kakek, Reyhan" gumam pria tua itu kembali merenung.

Satu bulan lamanya semenjak ia mengetahui kabar kepergian cucunya dan selama itu pula tak ada satu hari pun yang terlewat tanpa air renungan penyesalan.

Dia marah, kesal, kecewa dan sedih dalam waktu bersamaan. Fakta bahwa maaf yang diutarakan waktu itu tak ada gunanya.

Apakah memang tidak ada kesempatan untuk dirinya?

Di usia yang semakin senja pria itu hanya mampu merenungi kesalahannya. Yang semakin hari rasanya semakin menyesakkan dada.

"Maafkan Kakek" lirih pria itu menunduk membiarkan laju air mata membasahi pipinya.

Memang benar kata maaf terkadang tidak bisa memperbaiki suatu hubungan yang terlanjur berdarah-darah, Garendra pun menyadari hal itu. Namun, mau bagaimana lagi, hanya kata maaf yang mampu ia sampaikan untuk mengutarakan rasa bersalahnya.

Garendra perlahan mengurut lengan kirinya yang terasa pegal, maklum mengingat usia yang tak lagi muda. Imun tubuh pun mulai menurun, tubuhnya jadi sering pegal-pegal dan tak bisa melakukan aktivitas yang terlalu berat.

"Seandainya kamu di sini, pasti sekarang kamu sudah menertawai Kakek, Rey" gumam Garendra entah kenapa siapa.

"Pria tua yang selalu memarahi kamu kini tak bisa melakukan banyak aktivitas, mungkin Kakek tinggal  menghitung hari saja" tutur pria itu seolah tengah berbincang dengan orang lain.

"Kakek cuma berharap kalau nanti Kakek sudah mati, kamu sudi datang ke pemakaman Kakek. Oh iya, kalau bisa kamu bawakan Kakek bunga mawar putih kesukaan Kakek, Ya" ucap Garendra seorang diri. 

Ketukan pintu terdengar seirama dengan suara seorang perempuan yang memanggil namanya, lantas ia menginterupsi orang itu untuk masuk.

"Sandra? Ada apa?" tanya Garendra melihat raut sedih menantunya.

"Mami sudah tidak ada, Pi. Kita harus menyiapkan pemakamannya" beritahu Sandra.

"Jangan melucu Sandra!" gertak Garendra memasang raut terkejut.

"Aku tahu ini berat, tapi ini kenyataannya. Kita harus ikhlas"

"Tidak mungkin" Garendra menggeleng tak terima.

Kemarin Dokter mengatakan kondisi istrinya sudah membaik, tapi kenapa pagi ini ia di beri kabar yang bertolakbelakang.

Derai air mata perlahan luruh meruntuhkan pertahanan pria itu, isakkan pilu terdengar begitu menyayat hati. Kabar mengenai kematian istrinya mampu mengoyak sanubari.

Sandra merengkuh tubuh ringkih ayah mertuanya, menenangkan pria yang kini menangis kepergian istrinya.

Sandra menepuk bahu mertuanya kala dirasa tangisnya mereda.

"Kita harus mengurus pemakaman Mami, Pi" ucap Sandra menuntun pria itu berdiri.

Genap tiga Minggu Fanni dirawat di rumah sakit, sebab kondisi kesehatannya yang menurun drastis pasca kepindahan cucu bungsunya ke luar negara, dan tepat Sabtu pagi ini wanita itu telah menghembuskan napas terakhirnya.

Para pelayat satu persatu meninggalkan pemakaman menyisakan orang-orang terdekat saja.

"Reyhan tidak datang?" tanya Kevin yang kini berdiri di samping Aliza.

"Dia tidak bisa dihubungi, kemungkinan besar nomor teleponnya sudah diganti dan akun sosial medianya sudah tidak aktif" jawab Sandra.

"Sepertinya dia memang sengaja memutus komunikasi" timpal Tania yang berjongkok di dekat suaminya.

"Bisa saja handphone miliknya rusak bukan sengaja memutus komunikasi" sangkal Alfian tak ingin orang berpikiran buruk tentang adiknya.

Khaisan menghela napas lantas berjongkok merangkul pundak ayahnya, ia juga sangat kehilangan tapi mau tidak mau ia harus rela. Mungkin, memang takdir Tuhan berkata ibunya harus berpulang.

"Ayo Pi, kita pulang."

Garendra menatap kosong gundukan tanah dihadapan, sekarang wanita yang menjadi Ibu dari Anak-anaknya telah berpulang kepangkuan Yang Maha Kuasa.

"Ayo Pi" ajak Khaisan lagi, seraya membantu ayahnya berdiri. 

Mereka semua sama-sama berduka, tetapi harus tetap kuat di waktu bersamaan.




Di belahan bumi lain seorang remaja berjalan dengan menggendong tas hitam ditambah jaket tebal membungkus tubuhnya, berdecak kagum melihat hasil jepretan dari kamera DSLR di tangannya.

"Bagus" gumam laki-laki yang tak lain adalah Reyhan.

Tak terasa satu bulan berlalu dan selama itu pula ia tak lagi pernah berkomunikasi dengan keluarga maupun sahabatnya, baik lewat sambungan telepon maupun bertukar pesan di sosmed.

Rindu? Bisa dikatakan begitu. Namun, jika untuk bertemu ia tak mau.

Sebulan ini ia menemukan hal-hal baru yang membuat perasaannya jauh lebih tenang dari yang lalu.

Lingkungan baru, orang-orang baru, dan suasana baru mendukung dirinya dalam misi penyembuhan diri. Akan tetapi hal ini juga cukup menguji adrenalin, mengingat ia hidup seorang diri tanpa keluarga.

Jika dikatakan dia terlepas dari campur tangan orang tua, tentu tidak. Karena sejatinya segala kebutuhan hidup ditanggung oleh kedua orang tuanya. 

"Menyenangkan" ungkap Reyhan lantas memotret pemandangan di sekitarnya.






______________----------------______________

****.........................................................****





Saya tahu ending ini sangat menyebalkan, tapi bukankah lebih baik mereka tidak satu arah saja?




Ini bisa dibilang sad ending juga happy ending.



Extra part atau tidak??


Review jujur cerita ini dong.  Dari yang di sukai dan hal yang dibenci dari cerita ini.


Bagaikan menurut kamu cerita ini? Menyebalkan atau sangat menyebalkan?


Ramaikan ya kawan...



Terimakasih saya ucapkan karena bersedia menemani cerita ini sampai berakhir.

Terimakasih sebesar-besarnya atas komen dan vote yang kalian tinggalkan.



Mohon maaf, seandainya ada hal-hal yang tidak berkenan di hati baik dari saya maupun penyampaian cerita. Saya sadari bahwa cerita ini masih banyak kekurangannya, dari segi penulisan maupun hal lainnya.






Sampai jumpa.....




gisart, 13 Desember 2022

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang