6

3K 157 1
                                        

"Membedakan itu wajar tapi jangan terlalu berlebihan sampai menyisipkan sakit hati mendalam"

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_



Happy Reading

***


Udara berhembus dingin, terangnya cahaya lampu menyaksi para orang dewasa berseteru, menumpahkan argumen saling membenarkan diri.

Deru emosi tampak sangat mencekam, di ruang keluarga tempat berkumpul tersihir menjadi meja argumentasi. Ruang hangat seharusnya tempat bercengkrama kini menjadi tempat perseteruan antar saudara.

"Sudah aku katakan perlakukan anak itu dengan baik, tapi apa?! Kakak justru menyakitinya!" sentak Aliza berdiri dari duduknya menatap pria yang menjadi sumber amarah.

Tatapan tajam pria dua anak itu menghunus adik perempuannya, hanya demi anak itu Aliza berani berdebat dengannya, hanya demi membela anak bodoh itu, cih!

"Aku hanya melakukan hal yang seharusnya, lalu dimana letak salahnya, anak itu perlu di didik agar tidak lagi mengacau" balas Khaisan datar.

Memang benar bukan tujuannya mendidik, agar anak itu juga berpikir berkali-kali sebelum berani melakukan kesalahan sekecil apapun itu.

"Reyhan bukan pengacau!  Hanya saja kakak yang terlalu buta mengakui darah daging kakak sendiri! Kalian yang membuatnya ada dengan kesenangan tiada tara! Lalu setelah dia membuka mata, bernaung di tempat yang sama justru kalian mengabaikan dan selalu menyakitinya!" seru Aliza dengan napas memburu.

Mereka terlalu mementingkan anggapan masyarakat,  mengagungkan kesempurnaan, setiap anak di keluarga harus pandai dalam segala hal, tidak ada kesalahan sekecil apapun yang bisa membuat opini buruk dalam masyarakat.

Mereka semua gila sanjungan, gila kedudukan sampai memperlakukan anak-anak  semaunya tanpa pernah memikirkan perasaan anak yang tengah tumbuh dewasa.

"Apa yang kau tau hah! Aku tidak menyakiti siapapun! Aku memperlakukan mereka sesuai tingkatan nya!" balas Khaisan sarkasme.

Garendra memijit pangkal hidung, pusing mendengar kedua anaknya yang mempermasalahkan hal yang tidak berguna.

Selama anak itu tidak bisa se-pintar Alfian masalah tidak akan pernah ada habisnya. Kenapa juga ada keturunan yang bodoh dan tidak berguna seperti bocah itu.

"Sudah hentikan, kalian ini tidak perlu saling membentak seperti itu, tidak ada gunanya" lerai Garendra jengah.

"Tidak bisa papi, mereka harus aku beri siraman rohani agar pikirannya bisa bekerja dengan baik!" sindir Aliza pedas.

"Aliza! Semakin hari kamu semakin kurang ajar, hanya demi anak buangan itu kamu membentak kakak kamu." Fanni angkat suara.

Aliza tidak pernah berbicara tidak sopan kepada mereka tapi semenjak ada Reyhan, putri semata wayangnya itu berani berprilaku kurang attitude.

"Mami juga sama aja, mami gak lihat kan apa yang terjadi sampai guci sialan itu jatuh, bisa saja bukan Reyhan pelakunya" ucap Aliza bengis.

"Di mansion ini banyak CCTV, buka dan lihat. Bahkan Aku yang tidak ada saat itu yakin kalau Reyhan tidak mungkin sengaja" sambung Aliza, tahu betul bagaimana manusia di rumahnya tidak ada yang menyukai Reyhan entah karena apa.

"Malu lah kalian menjadi orang tua tapi sikap seperti anak anak!" cemooh wanita itu tepat di hadapan sepasang pasutri itu.

Kedua pasang suami istri berbeda generasi itu tersentak tidak percaya dengan ucapan yang dilontarkan Aliza.

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang