33

2.1K 161 24
                                        

"Berkata tanpa melukai, berjalan tanpa menghalangi dan berbuat tanpa  harus menyakiti"

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_







Happy Reading


***







Benar saja di Minggu pagi keluarga yang terdiri dari orang tua dan dua anak laki-laki nya telah berada di salah satu taman yang memang dijadikan salah satu tempat rekreasi keluarga, yang lebih menarik adalah keberadaan gadis yang ikut menyelinap di tengah-tengah mereka.

Udara segar sebab rindang beberapa pepohonan, tanaman bunga menghiasi sekitar, banyak tikar tergelar menjadi alas duduk keluarga-keluarga yang tengah menghabiskan hari liburnya.

Pedagang kaki lima juga anak-anak berlarian ke sana kemari tak luput dari pandangan.

Reyhan tersenyum tipis menangkap interaksi di sekitarnya, suasana ini mengingatkan pada masa kecilnya.

Berlari kesana-kemari menghindari kejaran sang Tante dengan tangan memegang tali balon, bedanya hal seperti itu hanya ia habiskan bersama Aliza. Bercanda tawa seolah tanpa beban, bebas berekspresi jika ia bersama sang Tante.

Dan kali ini adalah pengalaman pertama piknik bersama keluarga selama 16 tahun dirinya hidup.

"Reyhan mau sandwich gak?" tawar gadis bermanik hazel itu.

Menatap sekilas roti dengan isian sayur itu, bentuknya tampak menggugah selera akan tetapi ia tak tertarik mencicipi rasanya sebab keberadaan satu cup ramen jauh lebih menggoda.

"Engga-mmhh" penolakan terbungkam dengan sepotong sandwich masuk ke dalam mulut, mau tak mau Reyhan mengunyah makanan itu.

Mendelik pada gadis yang hanya mengerejap tak berdosa di sampingnya, sebenarnya ada hal yang membuatnya heran, kenapa kekasihnya itu bisa ikut di acara yang katanya hanya orang tua dan anaknya?

"Enak gak?" Sandra bertanya mencoba mengajak berkomunikasi.

"Biasa aja" sahut Reyhan jutek.

"Sensi amat mas" timbrung Alfian, tangannya terulur agar bisa menjangkau satu cup makanan sejenis mie. Namun tepisan kasar mencegah niatnya.

"Ramen ini punya gue, jangan lo ambil" kecam Reyhan melindungi makanan favoritnya.

"Lah gak ada tulisan yang menyatakan itu punya kamu, sini kasih ke kakak!" Alfian mencoba merebut ramen dengan berbagai toping menarik itu.

Reyhan memukul punggung tangan kakaknya garang, seingat dirinya Alfian tidak menyukai ramen berbeda dengan dirinya yang maniak dengan satu makanan cepat saji tersebut.

"Enggak, lo bisa makan yang lain!" seru Reyhan.

"Kamu aja makan yang lain" balas Alfian membalikkan perkataan adiknya .

"Siapa lo ngatur-ngatur!" sarkas Reyhan menjauhkan ramen nya.

"Kamu juga siapa ngatur-ngatur kakak, ngalah dong sama yang lebih besar" balas Alfian tak mau kalah.

"Gue gak mau mengalah sama manusia speak dajjal" Alfian membulatkan bola mata mendengar perkataan adiknya.

"Apa kamu bilang?!" sentak Alfian berapi-api.

"Stop!" bentak Pria 38 tahun itu jengah.

Kakak beradik itu sudah seperti tikus dan kucing, membuatnya lelah melihat perdebatan tidak bermutu keduanya. 

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang