"Setiap orang punya lukanya sendiri, terlihat dan tidaknya tergantung tebal topeng yang dikenakan."
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
Kehilangan sosok yang di kasihi merupakan salah satu hantaman paling menyakitkan, terlebih sosoknya amat berjasa dalam hidup.
Orang bilang ayah adalah cinta pertama anak perempuannya, dan gadis itu tak menampik kebenaran dalam kalimat itu. Ayah memang cinta pertamanya, sosok laki-laki hebat yang melindunginya dari badai semesta.
Namun, sekarang sosoknya telah benar-benar pergi meninggalkan sejuta kenangan yang tidak bisa terulang kembali. Pria itu telah kembali ke pangkuan Sang Pencipta tanpa pernah di duga sebelumnya.
"Kak Alara" panggil Reyhan menyentuh pundak perempuan yang hanya diam dengan sorot hampa.
Ia mengerti betapa hancur hati kedua sahabatnya saat ini, orang yang paling mereka sayangi telah berpulang pada rumah keabadian.
Setelah kembali dari pemakaman perempuan itu memilih merenung tanpa sepatah kata diucapnya lain halnya dengan Aditya yang memilih mengurung diri dalam kamar, mengabaikan keberadaan orang yang datang berbelasungkawa.
Reyhan sudah membujuk Aditya agar keluar dari kamar tapi seperti cowok itu hanya membutuhkan ketenangan untuk saat ini, untungnya cowok itu mau makan meski hanya sedikit. Jadi dirinya bisa fokus dulu pada Alara, yang tak hentinya menitihkan air mata.
Alara yang tumbuh dalam keluarga tidak utuh, bertahun-tahun hidup di bawah kasih sayang seorang ayah tanpa kehadiran sang ibu pasca perceraian kini harus ditinggal pergi tanpa kata pamit. Sementara Aditya telah kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan maut ketika menginjak usia ke 13 tahun, tidak di terima oleh keluarga sang ayah hingga berakhir tinggal bersama kakak dari ibunya.
"Kenapa ayah pergi Rey? Kenapa secepat ini? Lo tahu kan, gue cuma punya ayah. Dia kebahagiaan gue tapi Tuhan ambil ayah untuk selamanya" lirih Alara tak percaya sang ayah meninggalkannya secepat ini.
Ayahnya pulang lebih awal dari biasanya karena tidak enak badan, lalu ketika ia membawakan makanan ke kamar, pria itu sudah terbaring tak bernyawa di balik hangatnya selimut.
Usia memang tidak ada yang tahu, mungkin hari ini atau esok ajal menjemput. Semua tergantung kehendak Yang Maha Kuasa.
"Beliau pergi karena takdir kak, yang sekarang bisa kita lakukan hanya berdoa semoga Om Pandu tenang di sana" ucap Reyhan merengkuh raga rapuh sahabatnya itu.
Dirinya juga masih tak menyangka atas kematian pria yang sudah ia anggap ayah sendiri, padahal baru 2 hari yang lalu mereka bertemu dan mengobrol santai. Namun, lihatlah hari ini mereka sudah berbeda dimensi.
Banyak hal yang dirinya pelajari dari sosok Pandu, bagaimana pria itu menyayangi orang-orang di sekitarnya, bijak dalam pemikiran, dan juga sosok tangguh yang berhasil menjadi cermin orang tua idaman.
"Siapa yang akan bangunin gue tiap pagi? Siapa yang akan ngomel kalau gue keluyuran sampai lupa waktu? Siapa yang bakal jagain gue semalaman kalau gue sakit? Siapa yang akan misahin gue waktu berantem sama Aditya? Siapa yang akan manjain gue lagi?" cecar Alara menitihkan air mata dalam pelukan Reyhan.
Sakit sekali kala ia harus kehilangan sosok Ayah dalam hidupnya.
"Kan ada gue, gue yang akan jagain lo, Kak. Lo bisa panggil gue kapanpun lo butuh, gue akan datang" ucap Reyhan mengusap-usap punggung Alara menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
RandomSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...