"Titik perpisahan menghempas ke arah yang berseberangan, titik temu tak kunjung mendapat kecerahan"
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
Lipatan kain di susun rapi ke dalam koper besar, di bantu beberapa ART anak itu memilih beberapa barang yang sekiranya penting untuk di bawa.
Anak yang mulai beranjak remaja itu tampak berbeda, ia menjadi lebih pendiam dari biasanya, turun untuk sarapan lalu masuk kembali ke dalam kamar mempersiapkan barang yang akan di bawa siang ini.
Biasanya ia akan tersenyum dengan raut suka cita, menyapa dengan intonasi ceria tapi hari ini justru muram seakan tidak ada mentari.
Reyhan menghembuskan napas panjang memperhatikan sekitar untuk terakhir kali, ia tak pernah mengira hari di mana ia merasa lelah dengan sikap orang tuanya hadir secepat ini.
Marah iya, kecewa juga iya, sulit di deskripsikan rasa mana yang lebih dominan. Reyhan berpikir apakah kedepannya akan baik-baik saja, karena jujur ia pergi dengan kata tidak baik-baik saja.
Perpisahan ini bukan berdasarkan atas keputusan bersama melainkan bermula dengan ketegangan nada tinggi saling bersahut-sahutan.
Seorang pekerja menutup koper sekiranya tidak ada hal lain perlu di rapikan, tanpa kata menarik koper biru laut itu meninggalkan sang tuan muda.
"Tante Za" beo Reyhan kala mendapati sang Tante berdiri di ambang pintu.
Wanita itu mendekat air mukanya memancarkan kesenduan, seorang anak yang ia limpahkan kasih sayang kini akan melangkah jauh tanpa topangan.
Amukan tidak terima yang ditujukan pada sang kakak nyatanya tidak mampu merubah keinginan tidak masuk akal kakaknya, perseteruan sebelum matahari menampakkan senyum hanya menyisakan umpatan kasar.
Tawar menawar Aliza lakukan agar sang kakak mengizinkan Reyhan menghabiskan libur panjang di rumah, tapi keras kepala Khaisan tidak bisa di runtuhkan.
"Maafkan Tante Reyhan, Tante sudah mencoba tapi papa kamu tidak mau merubah keputusannya" sesal Aliza.
Reyhan tersenyum tipis, ia mendengar bentakan-bentakan memekakkan telinga itu, ia melihat dari balik tembok pembatas bagaimana papa dan kakek bertengkar dengan tantenya itu.
Reyhan tidak ingin Aliza terus bersitegang dengan kakek, mengibarkan bendera permusuhan dengan papanya, ia tak mau menjadi alasan di balik keretakan hubungan orang tua dan anak ataupun kakak beradik.
Sadar betul selama ini terlalu bergantung dengan wanita itu, senantiasa merepotkan sang Tante dengan hal sepele.
Reyhan rasa sudah cukup sampai di sini dahulu, ia ingin beristirahat.
"Terimakasih karena Tante selalu ada untuk Reyhan, selalu mendukung Reyhan, dan menyayangi Reyhan. Tolong maafkan Reyhan yang belum bisa menjadi keponakan yang baik, yang selalu membuat Tante Za repot" ucap Reyhan pelan.
"Kenapa bilang gitu? Reyhan gak pernah merepotkan Tante kok, justru dengan kehadiran kamu Tante merasa memiliki tujuan setelah kepergian Om kamu" sahut Aliza.
"Kebahagiaan Reyhan segalanya untuk Tante, walau sampai sekarang tante belum bisa membuat kamu bahagia sepenuhnya" sambung Aliza.
"Terimakasih Tante, Reyhan sayang Tante Za" ungkap Reyhan tulus seraya memeluk sang Tante.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
AcakSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...