29

2.3K 168 47
                                    

"Habis luka terbitlah duka, dari tangis hadirlah derita"

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_








Happy Reading

***








"Tidak ada yang mengizinkan kamu pergi, selagi papa masih hidup jangan harap kamu melakukan apapun semaunya!" sarkas Khaisan, tidak ada rasa iba sedikitpun dalam hatinya.

Yang ia lihat adalah perlawanan, keangkuhan, dan sikap yang tidak ada tata kramanya dalam diri anak bungsunya. Reyhan yang ia kenal adalah anak yang akan meminta maaf terlebih dahulu, anak yang menyadari setiap kesalahannya, bukan pemberontak yang tidak punya harga diri.

Ia benci ketika menyadari kegagalannya dalam mendidik seorang anak, tekat kuat menaklukan Reyhan membuat anak itu berada dalam kendalinya seperti Alfian.

"Papa boleh marah tapi jangan melakukan kekerasan, Reyhan itu anak papa juga!" sentak Alfian kesal.

Papanya itu tidak akan pernah terima jika ada yang mencoba menentang keinginannya, keras kepala itu lah salah satu sifat ayahnya yang menurun pada Reyhan. 

"Diam! Kamu tidak ada hubungannya dengan masalah ini, papa sudah cukup sabar menghadapi sikap adik kamu ini!" geram pria paruh baya itu mengepalkan tangan kuat.

"Papa melukai Reyhan, dan papa minta aku diam?! Enggak bisa pa, dari dulu aku sudah diam dan sekarang tidak lagi. Saat papa menyakiti Reyhan berarti papa harus menyakiti Alfian juga" tantang remaja bersurai legam itu melindungi adiknya.

Alfian sadar ia tidak bisa selamanya diam, karena semakin ia diam Reyhan akan semakin terluka, sebagai kakak ia harus melindungi adiknya.

"Kenapa kamu membela anak tidak tahu diri itu Al, dia bencana keluarga kita" Nenek merasa tak percaya cucu kesayangannya mencoba melindungi orang yang bersalah. 

"Karena Reyhan saudara Al!" tegasnya.

Alfian mengulurkan tangan membantu Reyhan berdiri namun secara kasar tangannya di tepis, dan itu membuat Alfian mendesah pelan.

Reyhan berdiri di hadapan ayahnya yang terlihat sangat murka, wajahnya memerah padam.

"Papa itu kenapa sebenarnya? Maunya itu apa? Papa sadar gak sih Reyhan ini anak papa loh bukan musuh, papa bisa marah silahkan karena itu wajar. Tapi, yang jadi masalah kenapa selalu pada Reyhan, papa lampiaskan apapun itu pada Reyhan tidak pernah pada Alfian. Papa mukul Reyhan, maki-maki Reyhan, seolah dosa besar kalau Reyhan ada" papar anak laki-laki itu terfokus pada sang Ayah.

"Pernah gak papa berpikir semisal Alfian yang melakukan kesalahan yang sama, apa papa akan marah? Apa papa akan memukulnya juga?" Khaisan terdiam ia memang tidak bisa marah pada Alfian, sebesar apapun ke salahan Alfian tidak akan pernah bisa di samakan dengan kesalahan Reyhan.

"Kalian caci maki, kalian hina, Reyhan terima tapi semakin hari kata-kata yang dipergunakan semakin menyakitkan. Kalian bilang Reyhan tidak memiliki tata krama memangnya kapan kalian pernah peduli mengajari etika dan sopan satun itu? Bukan kah yang kalian pedulikan hanya dia?" tunjuknya pada sang kakak.

Reyhan menggelengkan kepala heran, hatinya terasa tercabik-cabik keluarganya selalu seperti ini, sejak dulu ia dilarang melakukan kesalahan sedikitpun.

Hanya hukuman yang akan di jalani setiap hari tida ada perhatian keluarga di dalamnya.

Kapan sikap keluarganya akan berubah?

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang