"Hanya luka yang tidak berdarah, jangan khawatir semua baik-baik saja, mungkin."
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
Reyhan menunduk dengan kedua tangan saling bertautan, hatinya terasa sakit mendengar kata yang diucap empat orang dewasa di hadapannya.
Reyhan tak punya kesempatan membela diri atau sekedar menjelaskan apa yang terjadi, dalam situasi seperti ini ia bingung harus bagaimana sampai diam menjadi jalan keluar.
Tadi setelah mengantar Clarissa pulang ia di sambut dengan amarah kedua orang tua gadis itu, sampai Sandra menyeret ia pulang.
"Kamu itu laki-laki macam apa huh! Menjaga seorang gadis saja kamu tidak bisa! Berulang kali kakek peringatkan jangan sampai Clarissa terluka!" damprat Garendra emosi.
"Kamu apakan Clarissa sampai terluka seperti itu!" sentak Khaisan turut menyalahkan.
Laki-laki bermata coklat terang itu memainkan jemari tak berani mengangkat kepalanya. Iya akui lalai menjaga sang kekasih hingga terluka.
Tadi saat menembus kerumunan guna melihat pengumuman yang tertempel di mading, tanpa sengaja seorang mendorong gadis itu hingga terluka di dahi juga lututnya.
Tapi apa ini semua kesalahannya?
Orang lain yang mendorong lalu itu menjadi kesalahan dirinya, begitu?
"Mau di taruh mana muka mama Rey, bagaimana tanggapan mereka sekarang terhadap kamu hah" kesal wanita itu menghembuskan napas kasar.
"Aku minta maaf, aku lalai jaga Clarissa" ucap Reyhan terus menunduk.
Wanita yang paling dewasa berdecak, cucunya itu sangat tidak berguna di beri satu tanggung jawab saja tidak becus.
"Ck, kamu itu ngapain aja sih sampai biarin Clarissa di dorong seperti itu, kamu sengaja ya?!" tuduh Fanni.
Remaja itu menggeleng kuat ia tidak mungkin seperti itu, justru ia merasa sangat bersalah melihat darah mengalir dari tubuh kekasihnya, merasa gagal karena kembali mengecewakan.
"Tadi Reyhan fokus nyari nama Reyhan di papan pengumuman nek, maaf tapi Reyhan beneran gak ada niat apa-apa" jawab Reyhan.
"Memangnya berapa sih nilai yang berhasil kamu gaet, sampai lalai dengan tugas yang kakek berikan" sentak Pria dengan rambut memutih.
"87 kakek, Rey dapat nilai ke 20 yang paling tinggi" sahut Reyhan dengan antusiasme tinggi.
Usahanya belajar berhasil menaikkan peringkat yang dahulunya terakhir menjadi ke 20 itu suatu pencapaian besar kan.
Jangan hanya melihat hasil akhir yang di peroleh tapi lihatlah proses nya. Terdengar kekehan membuat remaja itu melunturkan keceriaan, apa ada yang salah dari perkataannya barusan.
"Hanya 8? Dan kamu bangga? Memalukan! Bahkan itu masih standar di bawah, lihat kakak kamu dulu dia menjadi yang pertama dengan nilai sempurna. Itu yang dinamakan prestasi yang membanggakan" sarkas nenek membandingkan.
Seharusnya anak itu mampu menyumbangkan rasa bangga meningkatkan impact keluarga di kalangan masyarakat. Dengan begitu ketika ia berkumpul dengan kalangan pebisnis hanya sanjungan yang di gemuruh kan.
"Tapi Reyhan sudah berusaha keras nek, peringkat ke 20 suatu pencapaian kan? Nilai Rey juga tidak buruk" balas Reyhan berharap ada yang menghargai hasil yang diraih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
De TodoSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...