"Kamu hanya di tampar oleh kenyataan itu tak seberapa tapi lebih parah itu ekspektasi terlalu tinggi yang menghancurkan kamu"
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
Reyhan bersandar pada pintu masuk rooftop, tatapan tajam menghunus laki-laki yang lebih tua 1 tahun di atasnya. Di pertemuan mereka kali ini pasti sudah terencana, ia yakin akan hal itu karena tidak mungkin Clarissa ataupun Alfian pindah sekolah secara tiba-tiba apalagi di tempat yang sama dengannya.
Reyhan marah, kesal dan tidak terima dengan hal mengejutkan ini, ia belum siap bertemu mereka untuk saat ini, ia masih ingin bebas tanpa tekanan.
Reyhan sudah terlanjur nyaman dengan hidupnya saat ini, walaupun ia akui ingin bertemu mereka bukan berarti ia benar-benar ingin.
Senyum bahagia orang di hadapannya membuat dirinya muak, bukan sapaan rindu yang ingin ia utarakan melainkan rasa marah yang entah datang dari mana.
"Apa kabar Rey? Akhirnya kita ketemu lagi ya, kamu gak mau peluk kakak atau apa gitu. Gak kangen apa sama kakak kamu ini" ucap Alfian antusias.
Sejujurnya ia masih tak menyangka keinginannya dikabulkan sang ayah, tepat setelah pesta ulang tahunnya di gelar kakek dan ayahnya mendiskusikan perihal Reyhan dan boom.
Mereka sepakat pindah ke Jakarta karena tidak mungkin Reyhan berlapang dada mau kembali ke Semarang, terkait Clarissa entah mantra suci apa yang dirinya ucap sehingga keluarganya pun bersedia pindah di waktu yang sama.
"Lo ngapain sekolah di sini? Kurang bagus sekolah lo di sana? Gak habis pikir gue sama otak lo" ketus remaja itu.
Alfian terdiam sejenak, ia mendengar ketidaksukaan dalam nada suara itu.
Seperti yang ia duga tidak mungkin adiknya masih sama seperti satu tahun yang lalu, cara berbicara, sikap juga dalam pakaian yang dikenakan sangat jauh dari seorang Reyhan yang dikenalnya.
"Lo benar-benar akan merusak hari-hari gue sih di sekolah ini, lo pikir gue bakal seneng ketemu orang serakah kayak lo? Enggak anjing" sarkas Reyhan tajam.
Alfian tidak bisa menyimpan keterkejutannya, kali ini kata kasar itu terlontar dari mulut sang adik tanpa beban, yang padahal sejak kecil mereka diajarkan menjaga kosa kata yang diucapkan.
"Bahasa kamu kasar sekali Reyhan, kamu dulu tidak seperti ini" tegur Alfian.
"Satu hal yang perlu lo tahu, banyak hal yang berubah seiring waktu berjalan, gue bukan gue yang cuma bisa diam seperti dulu" ujar Reyhan menekankan dirinya tidak lagi sama.
"Iya waktu memang merubah segalanya, tapi waktu tidak bisa merubah fakta kalau kita bersaudara. Bukankah sebaiknya kita bersikap layaknya saudara Rey, tujuan kakak pindah ke sini itu untuk kamu Reyhan. Kakak tahu kamu kesepian di sini, kamu membutuhkan keluarga di sekitar kamu Reyhan" tutur Alfian tenang.
Reyhan terkekeh lucu, menurutnya Alfian sangat cocok memerankan tokoh pelawak.
Kebenaran dari ucapan Alfian yaitu, Reyhan membutuhkan sosok keluarga dan Reyhan kesepian, tetapi lebih dari itu Reyhan sadar meskipun ia meraung menangis pilu berkata butuh topangan keluarga ia tidak akan mendapatkannya.
Karena faktanya keluarga tidak akan pernah ada untuk Reyhan.
Sungguh miris, ketika ia berusaha berdiri sendiri, hidup dalam kesendirian terlepas dari keluarga yang sama sekali tidak menginginkannya lalu tiba-tiba ada orang data berkata 'kita saudara, kita keluarga' itu seperti racun lewat kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
RandomSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...