"Ada banyak rahasia ditutupi oleh orang sekitarmu, hanya saja kamu terlalu fokus pada satu hal sampai tidak menyadarinya."
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
Khaisan terlihat sangat kacau, di depannya sang istri mengusap lembut surai anaknya yang terlelap dengan perban melilit kepala. Hari ini ia di serang kepanikan luar biasa, masih terbayang bagaimana gelas itu pecah menghantam kepala anaknya.
Ia belum berbicara atau menghubungi ayahnya, rasa marah masih berkobar dengan pria yang tak dirinya sangka sejam itu.
Ia memang biasa memukul Reyhan tapi ia tak sampai membahayakan nyawa anaknya, menurutnya Garendra sudah sangat keterlaluan.
Khaisan meraih tangan sang anak yang terpasang infus, di tatapnya benda itu sendu. Tanpa sadar dirinya lah yang mengakibatkan peristiwa ini terjadi, andai saja ia tak memberitahukan pada Garendra pasti Reyhan tidak berakhir seperti ini.
"Kamu akan baik-baik saja, ayah tidak akan biarkan kamu mengalami ini lagi" ucapnya lembut.
Pria itu menyentuh pundak Sandra yang tak mengalihkan sedikit perhatian pun dari anak mereka, wanita itu terlihat murung sejak Reyhan di tangani dokter kemarin malam.
Sejahatnya Sandra pada Reyhan tetap saja khawatir mendominasi ketika anaknya itu terluka. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan, bagaimana darah itu masih terbayang-bayang.
"Dia belum bangun juga, dari semalam aku nunggu tapi dia gak mau bangun" lirih wanita itu tak memalingkan pandang dari wajah damai anaknya.
"Bentar lagi Reyhan pasti siuman, kamu ke kantin dulu beli makan jangan sampai kamu sakit. Reyhan biar aku yang jagain" usul Khaisan pada istrinya.
Tak mau wanita yang dicintainya sampai sakit, apalagi sejak kemarin malam wanita itu tak memakan sesuap nasi pun ditambah begadang menunggui putranya siuman.
"Enggak, aku nungguin Reyhan sadar aja" Sandra menggeleng tak mau meninggalkan anaknya.
"Tapi kalau gak makan nanti kamu sakit, sayang" ujar Khaisan perhatian.
"Reyhan lebih sakit kan" Jawaban sang istri membuat Khaisan menghela napas.
Dering telepon mengalihkan atensi pria itu, dilihatnya nama yang tertera tanpa basa-basi langsung digesernya ikon hijau mengangkat panggilan.
Menyusuri koridor sekolah remaja kelas 12 jurusan IPA itu, terlihat seperti orang banyak pikiran dimana seharusnya ia menuju kelas anak-anak IPA justru berjalan membelokkan langkah ke jejeran kelas IPS.
Pikirannya terpecah antara sekolah juga adiknya yang belum sadarkan diri di Rumah sakit, Alfian merasa gagal melindungi Reyhan, seharusnya ia saja yang menerima pukulan kakek.
"Ehh lo pikun atau gimana, kelas IPA tuh di sana ngapain lo ke sini!" Alfian tersentak menoleh sekeliling bak orang kehilangan arah.
Gadis berpipi chubby dengan mata kucingnya itu berkacak pinggang di depan pintu kelasnya.
"Berarti salah kelas ya? Aku gak fokus, maaf" ucap Alfian menggaruk tengkuknya tak gatal.
Gadis itu memutar bola mata malas, ada saja kelakuan anak muda zaman sekarang, termasuk dirinya sih.
![](https://img.wattpad.com/cover/310633345-288-k540152.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
RandomSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...