41

1.7K 135 8
                                    

"Namun, terkadang hati terlalu kotor sehingga menjadikan manusia bermuka dua"

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_





Happy Reading

***




"Nenek tidak mengerti, kenapa kamu selalu emosional tiap kali nenek ajak bicara baik-baik seperti ini. Kamu itu memang tidak bisa dibaikin sepertinya" ucap wanita dengan uban mewarnai surai hitamnya.

Di depannya kini seorang anak muda berdiri dengan sofa membatasi jarak keduanya, awalnya mereka hanya diam dengan urusan masing-masing tapi entah angin apa menerpa sehingga kalimat-kalimat tidak etis dari wanita itu meludahi harga diri cucunya sendiri.

Ketegangan tidak dapat dihindari saat Reyhan menyinggung masalah Alfian dan mencubit sekumpulan ego dari neneknya.

"Bicara baik-baik dari mana? Jelas-jelas dari tadi nenek cuma sibuk mengatai Reyhan yang tidak-tidak. Nenek bilang Reyhan tidak tahu diri lah, parasit lah, beban keluarga lah, penyebab kematian ibu Alfian lah. Bukan cuma itu, nenek bahkan mengatai Reyhan anak dari seorang jalang, yang berarti nenek menghina istri dari anak nenek sendiri. Nenek menghina mama" balas Reyhan menyorot tajam ibu dari ayahnya, ia sudah berusaha diam tapi wanita itu terus saja mengeluarkan kalimat-kalimat yang tak patut dikumandangkan.

Fanni terkikik geli mendengar perkataan cucunya, anak itu tidak seharusnya marah hanya karena kalimat sesepele itu. Dari sini ia semakin melihat gen ibunya lebih mendominasi cucu keduanya, dan itu bagus setidaknya ia memiliki segudang alasan menendang dua orang benalu dari keluarganya.

Ibu dan anak itu harus pergi jauh, dengan cara apapun.

Fanni masih memupuk dendam pada menantunya itu, gara-gara wanita itu ia dan suaminya hampir jatuh miskin untung saja mereka bisa mengatur strategi agar bisa tetap menggenggam berlian yang berharga. Pemikiran bahwa semua telah baik-baik saja runyam semejak kabar kehamilan Sandra, di situlah semua kericuhan semakin memburuk hingga sebuah perjanjian menjadi batas antara orang tua dan anaknya.

"Tidak ada yang salah dengan apa yang nenek katakan, kamu itu harus sadar diri kalau ibu kamu hanya seorang rendahan dan kamu sadari juga posisi kamu bahkan jauh di bawah" pedas nenek berjalan mengelilingi sofa yang menjadi pembatas keduanya.

"Nenek sadar gak sih?! Omongan nenek itu bisa menyakiti hati yang mendengar! Nenek selalu menuntut Reyhan menghormati nenek, nenek menyumpah serapah Reyhan dengan ucapan Reyhan yang terkesan berani! Tapi apa pernah nenek berpikir dengan apa yang nenek katakan?!" cecar Reyhan meremat pinggiran sofa dengan mata memerah tertuju pada wanita yang kini berdiri di sampingnya.

"Lebih sakit mana Alfian yang harus kehilangan ibunya?! Lebih sakit mana papa kamu yang harus kehilangan istrinya?! Dan lebih sakit mana nenek yang kehilangan menantu kesayangannya! Bahkan kalimat-kalimat kotor dan menjijikkan itu pantas di muntahkan tepat di wajah kamu dan ibu sialan kamu itu!" sentak nenek membabat habis cucu yang sampai detik ini tak bisa ia terima kehadirannya.

"Tapi dengan perkataan nenek mematikan mental yang mendengarkannya. Tau gak!" hardik Reyhan memposisikan diri sebagai penerima ludahan toxic wanita berusia senja itu.

"Bagus kalau bisa bukan hanya mental tapi nyawa kamu juga dimatikan! Keluarga ini akan jauh lebih bahagia setelah benalu berhasil dilenyapkan!" bentak nenek tidak berperikemanusiaan.

Reyhan berdecih membuang muka, sulit jika harus beradu argumentasi dengan seseorang yang bahkan telah membuang segala rasa sosial nya. Maka, baiklah ia tak akan memaksa untuk di mengerti oleh wanita yang telah memblacklist namanya dari kata keluarga bahkan sejak ia belum dilahirkan.

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang