"Dia terlalu istimewa hingga menjadi luar biasa"
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
"Selamat siang kakek" sapa seorang gadis menampilkan sederet gigi putihnya.
Pria yang menginjak usia senja itu menghentikan kegiatan membaca berita pengusaha sukses tahun ini, mengangkat kepala menatap lembut gadis yang sudah ia anggap cucu sendiri.
"Clarissa, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya kakek.
Gadis bernama lengkap Clarissa Athalia Veronica itu memasang raut sedih, bukan tanpa alasan tetapi hanya demi satu tujuan. Mari kita lihat bagaimana cara gadis licik ini memainkan peran anak tersakiti.
"Clarissa sedang sedih kakek, Daddy memarahi ku tadi dan mommy dia tidak membelaku" adu gadis itu melebih-lebihkan.
Padahal ayahnya hanya menegur agar tidak bersemayam di dalam kamar dari mentari terbit hingga petang menjelang.
Dengan perasaan setengah kesal dan setengah bahagia Clarissa mengunjungi rumah sahabat tersayang nya, mungkin suatu saat bisa lebih dari sekadar teman dekat.
"Benarkah? Perlu kakek yang bicara pada Daddy mu?" tanya kakek Garendra.
Tentu saja gadis bermanik hazel itu menggeleng ribut, tujuannya kesini bukan untuk itu. Lagipula berkemungkinan besar ayahnya akan murka mengetahui ia mengadu yang tidak-tidak mengingat keluarga mereka yang sangat dekat, katanya sih persahabatan turun temurun.
"Tidak usah kakek, eum aku ingin jalan-jalan menghibur diri yang tengah rapuh ini kakek" dalam hati Clarissa bergidik ngeri menyadari apa yang ia katakan.
"Kamu sangat drama queen Clarissa. Memuakkan" desisnya dalam hati.
Kakek Garendra mengernyit tidak mengerti. "Lalu? Apa kau meminta uang jajan?"
Clarissa berdecih dalam hati, ia tak semengenaskan itu hingga tidak di beri uang jajan.
"Bukan itu kakek, tapi eum... bolehkan Reyhan yang menemaniku mencari udara segar di luar sana" pinta Clarissa dibuat se sedih mungkin.
"Reyhan?" pria usia senja itu memastikan.
Clarissa mengangguk lesu,
"Iya kakek, mana mungkin anak gadis yang sedang besedih pergi keluar seorang diri, apa kakek tidak takut aku melakukan yang tidak-tidak" Iblis dalam kepala Clarissa tertawa congkak, merasa rencananya akan berhasil.
Kakek menatap Clarissa penuh selidik tak urung ia mengiyakan keinginan cucu dari almarhum sahabat baiknya.
"Iya sudah, tetapi pastikan Reyhan mampu menjaga mu, kakek tidak mau melihat ada luka sedikitpun di tubuhmu" ujar Kakek mengizinkan.
"Siap kapten!" sorak Clarissa berlari menaiki tangga.
Garendra menggeleng takjub akan tingkah anak gadis itu, tanpa mau memperpanjang ia memilih melanjutkan membaca artikel.
Langkah gadis itu terhenti pergerakan tangan terhenti diambang pintu yang sedikit terbuka, samar-samar ia mendengar alunan suara yang membuatnya berdesir, lama ia tak mendengar nyanyi merdu sahabatnya itu.
Perlahan-lahan ia mendekati seorang laki-laki duduk bersandar di kursi meja belajarnya.
Tanpa menimbulkan suara ia memeluk leher cowok bernetra coklat terang dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
RandomSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...