45

2.1K 125 6
                                    

"Pandangan terlalu rabun sehingga opsi menyalahkan orang lain terlihat lebih jelas"

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_





Happy Reading


***








Patah hati merupakan salah satu jenis rasa sakit yang menyesakkan hati, terlebih hubungan yang terjalin terputus atas dasar terpaksa melepas ketimbang mengikat lalu berujung menyakitkan. Perasaan keduanya masih sangat kuat, cintanya tidak berubah tapi putus menjadi pilihan salah satunya.

Penolakan keras dari satu pihak dan putusan final dari pihak lainnya, alasannya sudah di perjelas jika hubungan itu akan menjebak salah satunya pada ketidakberuntungan. Katanya.

Terhitung 4 hari lamanya semenjak Reyhan memutuskan kekasihnya, selama itu ia benar-benar memberi jarak yang sangat kentara dengan gadis itu. Tidak ada sapaan hangat atau segaris senyum tipis yang ditujukan pada mantan pacarnya itu, meskipun masih memerhatikan gadis itu tanpa disadari oleh si empunya.

"Melepaskan kamu memang berat, tapi seiring waktu aku akan terbiasa tanpa kamu" ucap Reyhan menyemangati diri sendiri.

Untuk saat ini dirinya hanya perlu menahan diri berlari merengkuh mantannya itu.

Berbeda dengan Reyhan, Clarissa justru tak bisa menutupinya apa yang dirasakannya. Gadis itu uring-uringan semenjak Reyhan menjauhinya, sapaan atau pesan yang dikirimnya terabaikan.

"Rey aku mau ngomong" cegat Clarissa kala cowok itu beranjak dari tempat duduknya.

"Aku lagi malas untuk berdebat Clarissa" sahut Reyhan melepas cekalan tangan Clarissa.

Gadis itu menghembuskan napas panjang menatap punggung laki-laki yang tertelan pintu. Reyhan menghindarinya, sekalipun mereka masih teman sebangku tak sekalipun Reyhan menghiraukan kehadirannya.

"Woyy Rissa lo mau jadi penghuni kelas di situ?!" seru seorang laki-laki dengan kacamata minusnya. Di tangannya bertengger jurnal kelas yang harus di isi guru yang mengajar.

"Ke lapangan ege!" kesal laki-laki itu kala gadis itu hanya diam padahal yang lain sudah ngacir ke lapangan mengikuti pelajaran olahraga jam pertama.

Clarissa menggaruk tengkuknya kikuk tanpa menyahut gadis itu mlenggang pergi dari dalam kelas membuat si sekertaris kelas mengumpati kepergiannya.

Siswa-siswi XI IPS 5 kini tengah berkumpulnya di lapangan indoor karena materi hari ini hanya permainan bola besar, jadi tidak sampai harus kelapangan yang berada di luar ruangan.

Mereka melakukan pemanasan di mulai dari menggerakkan kepala sesuai instruksi seksi olahraga, setelah sampai pada gerakan penutup mereka merapatkan barisan mendengar instruksi dari guru olahraga.

"Hari ini materi kita yaitu terkait permainan bola besar, untuk praktek saya ambil nilai di permainan bola voli jadi kalian bisa coba teknik dasarnya dulu. Bagi yang belum bisa kalian minta tolong di ajarin sama temannya. Saya tinggal ke ruang guru sebentar" ucap laki-laki dengan rambut klimis nya, jangan lupakan perut yang sedikit membuncit di tambah tubuh pendeknya.

"Woke pak" sahut Aditya menyatukan jempol dan jari telunjuk membentuk huruf o.

"Gih latihan, gue udah hebat gak perlu uji coba lagi" sombongnya menepi ke pinggir lapangan.

Yang lain hanya memutar bola mata malas, mereka akui ke sombong seorang Aditya sangat memuakkan.

"Sini Rey kita makan kuaci, biar mereka iri!" seru cowok itu melambai-lambaikan tangan.

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang