61- Ending

4K 185 28
                                    

"Pada akhirnya kita tetap tak satu arah."

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_






Happy Reading.



***







Perdebatan panjang kemarin sore mengantarkan pada sebuah keputusan yang tidak bisa diubah, meski sebelah pihak tidak bisa berlapang dada menerima syarat mutlak dari pihak lain.

Sepertinya persyaratan itu juga sudah direncanakan dengan matang, buktinya ketika persetujuan itu di lisankan, keesokan harinya Anak itu telah siap dengan barang-barang bawaannya lengkap beserta pasport juga tiket penerbangan.

Mereka  tak bisa memaksakan kehendak, sebab hal itu mampu memperburuk hubungan yang mulai memiliki titik terang.

Kalimat, "Reyhan ingin tinggal di Amsterdam, sendiri." Menjadi pemicu perdebatan sore itu.

Bagaimana tidak? Pemuda tersebut mengajukan syarat yang sulit diterima, mengatakan mau memberi sang Ayah kesempatan. Akan tetapi, dia ingin pergi tanpa memberi waktu sang Ayah membuktikan ucapannya.

Tolakan dari sepasang pasutri itu juga tidak ada gunanya, sebab Reyhan begitu keras kepala.

"Jangan bercanda!" sentak Khaisan meredam keterkejutannya.

"Siapa yang bercanda? Gak ada" sahut Reyhan membantah.

"Lalu, apa maksudnya?! Kamu ingin meninggalkan Mama, Reyhan? Enggak salah?" todong Sandra.

"Loh, apa yang salah? Amsterdam itu negara yang paling ingin Reyhan kunjungi. Jadi, mumpung ada kesempatan. Kenapa tidak?"

"Kalau begitu kita bisa pergi liburan ke sana, tidak perlu kamu sampai pindah ke sana juga, Rey" saran Khaisan mencoba bernegosiasi.

"Siapa yang mau pindah? Reyhan kan bilang, cuma berkunjung. Lima atau enam tahun baru pulang lagi ke sini"

"Lima tahun kamu bilang berkunjung?!" Sandra berujar sarkasme.

"Enggak Reyhan, Mama tidak setuju!"

"Papa bisa mengabulkan semua persyaratan dari kamu, tapi tidak untuk pergi jauh dari jangkauan Papa" tegas Khaisan tak menyetujui syarat kedua.

"Tidak bisa, kalau syarat kedua ini di tolak. Reyhan anggap Papa juga menolak persyaratan pertama. Oleh karena itu, tidak akan ada kesempatan. Sesimpel itu, dan ini juga berlaku untuk Mama" tandas pemuda itu tak goyah.

Kala itu mereka kalah dalam bernegosiasi, dengan berat hati menyetujui keinginan sang anak.

"Oke, kami setuju. Namun, ingat paling lama hanya 6 tahun setelahnya kamu harus pulang dan kita tinggal bersama-sama."

Khaisan tidak menafsirkan bahwa Anak itu telah mempersiapkan segalanya, hingga keesokan hari tepat pukul 10 pagi mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju membelah jalanan kota menuju Bandar Udara. Di dalam mobil didominasi keheningan, mereka berempat sesekali curi pandang seolah ada sesuatu yang ingin di sampaikan.

Terlebih Alfian yang masih tak mampu mencerna maksud kepindahan adiknya, banyak tanya berseliweran dalam otak.

Apa yang membuat Reyhan ingin tinggal sendiri, jauh dari keluarga?

Kenapa Mama dan Papa mengizinkan?

Mengapa sangat mendadak? Sampai-sampai ia mengetahui kabar mengejutkan ini dua jam sebelum mereka pergi mengantar adiknya itu ke Bandara.

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang