"Semua ada pada porsinya, jadi sabari dulu ya. Siapa tahu besok mentari berpihak padamu "
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
Mungkin tidak hanya tangis yang mampu menceritakan sebuah kisah berlatar luka, dalam kenangan buruk atau kehilangan menyakitkan.
Sebagian orang memilih diam membiarkan sebagai hatinya melebur bersama sesak yang dirasakan, air mata terkuras jauh hari sebelum pada akhirnya, mau itu tangisan atau diam sama sakitnya.
Ketika semesta semakin kejam, sandaran pun turut menghilang seakan ia tidak ada artinya.
Kekecewaan menghantarkannya pada lembar baru yang dipikirnya sebagai pelarian, tidak ada tawa yang benar-benar tulus tanpa luka, tidak ada canda yang benar-benar lucu tanpa cuplikan pilu.
Tidak semua hal akan berjalan sesuai keinginan ada masanya keinginan itu harus di patahkan, keyakinan itu berusaha digoyahkan.
Semakin hari ragu kian meluas, apa besok masih ada harapan bahagia, bersama ingin yang tak pernah terucap?
Belakangan ini Reyhan semakin gelisah, ia tak menjumpai hari tanpa gundah yang semakin merengkuhnya.
Tiap malam hanya butir kapsul yang mengantarkannya tidur, biasanya hanya dalam waktu tertentu ia menelan pil pahit itu, tapi dalam dua hari terakhir ia terpaksa menegaknya.
Reyhan termenung dalam sunyinya malam, lima hari lagi perayaan ulang tahun sekolah dan itu berarti orang tua siswa turut hadir sesuai keputusan rapat sekolah, di acara itu pula akan ada pemberian penghargaan bagi mereka yang mengharumkan nama sekolah.
"Gimana mau datang, mereka peduli aja enggak" monolognya miris.
Seperti yang sudah-sudah kala kehadiran orang tua di butuhkan maka mereka tidak pernah sekalipun datang, memiliki keluarga lengkap namun serasa hidup sebatang kara.
Reyhan sudah menghubungi Aliza, meminta wanita itu mewakili kedua orang tuanya dan ya tentu saja wanita itu dengan senang hati mengiyakannya.
Namun, tetap saja ia ingin agar kedua orang tuanya saja yang datang, setidaknya untuk kali ini saja agar ia merasa di anggap.
Agar ia merasa berharga bagi kedua orang tuanya, salahkah ia inginkan itu?
"Sadar Rey, gak usah berekspektasi terlalu tinggi. Ingat yang anak mereka cuma Alfian, loh hanya sebatas beban untuk mereka" gumam Reyhan menepis segala harapan yang terkesan sejauh langit.
Semakin larut kesunyian semakin melingkup, lampu taman memberi cahaya dari kelamnya gulita. Ia masih setia merenung merangkai cerita hidup yang di dominasi untaian pilu, tak ada sedikitpun niatan beranjak pergi.
Tepukan pada bahu membuat refleks kepala tertoleh ke samping, sedikit tersentak mendapati seorang gadis duduk di sampingnya. Senyum manis tanpa dosa itu membuatnya sedikit kesal, lagipula sejak kapan sahabat wanitanya itu berada di sini.
"Ngapain di sini? Gak takut di godain mbak daster putih penunggu pohon?" Alara Queen Levronka gadis dengan mata kucingnya itu bertanya dengan sedikit candaan.
"Meratapi nasib" sahut Reyhan asal.
"Iya memang itu hal yang wajar, 9 dari 10 orang pasti pernah melakukan itu" ucap Alara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
De TodoSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...