"Jangan terkecoh, jangan terperdaya, coba lihat amati maka kau akan mengerti"
_Reyhan Arsenio Ghazanvar_
Happy Reading
***
Kita tidak bisa mengidentifikasi apa yang akan terjadi di kemudian hari karena tidak semua yang kita inginkan yang akan tercapai, yang bisa di lakukan hanya mempersiapkan diri dengan baik agar kokoh menahan badai yang menerjang.
Masalah akan terus berdatangan menantang seberapa kokoh pertahanan, baik hati atau jiwa sering kali menjadi pertaruhan, hubungan cinta, sahabat, keluarga juga persaudaraan bisa berada di tahap menyakitkan.
Setiap manusia biasa berubah dari segi pikiran, perbuatan maupun cara pandangnya, revolusi manusia yang terlalu signifikan mengakibatkan keterkejutan ketika saling berhadapan.
Rumah-rumah yang di impikan, kenangan indah yang di bangun ditimbun hujan duri berjatuhan.
Dulu mereka pernah sedekat nadi berlandas darah yang sama tapi sekarang sudah jauh berbeda, persaudaraan itu di kubur badai salju. Perang dingin dari kedua pihak, bendera permusuhan berkibar seperti tidak ada jalan tengah menyatukan dua kubu yang tak searah.
"Lebih baik tidak makan daripada harus semeja dengan mereka" untaian kata mencerminkan rasa tak suka di dalamnya.
Remaja yang telah menginjak kelas 12 SMA itu berhasil menarik atensi penghuni meja makan, tak terkecuali adik laki-lakinya yang kini menatap sengit padanya.
"Apalagi wanita berhati busuk itu masih bisa hidup bahagia" tunjuk Alfian tidak sopan ke arah ibunya.
Isi kepala dipenuhi aura kegelapan yang penuh kebencian, ucapan sang ayah tak mampu membuat isi pikirannya murni kembali.
Kata papa ia hanya mengetahui kurang dari setengah kebenaran dan pria itu juga tidak memberikan ia penjelasan seluruh hal yang disembunyikan. Beberapa hari terakhir Alfian hanya menerima penerangan jika wanita yang berstatus istri sang ayah itu baik, hanya itu.
"Kamu bisa berbicara seperti itu pada mama Al? Mama selalu berpikir kamu bisa mengerti kasih sayang mama, tapi kenapa kamu bisa melukai mama dengan ucapan kamu" ucap Sandra menaruh kembali roti yang belum sempat dimakannya.
"Jangan pura-pura tersakiti deh, anda itu cuma wanita perusak" ujar Alfian sinis menghidupkan rasa sesak dalam hati ibunya.
Mulut yang tidak di sharing sebelum mengeluarkan kata terbukti meninggalkan luka di hati pendengarannya, kalimat tidak sopan dan terkesan durhaka benar-benar menyakiti perasaan.
Sandra tidak pernah mengharapkan ini dari anak yang selalu ia banggakan, anak yang ia anggap paling bijak. Ekpektasi yang terlalu tinggi membuat ia terjerembab kedalam kubangan lumpur.
"Alfian" desis Khaisan tajam penuh penekanan.
"Papa mau membela mereka kan?! Ingat pa gara-gara mereka keluarga kita berantakan, mereka harusnya pergi dari sini" ucap Afian lupa etika dan sopan santun yang selama ini ia utamakan.
Gebrakan meja mengejutkan mereka semua, deru napas terdengar memburu mata coklat terang itu berkilat tajam.
"Lo makin di diemin makin kotor juga mulut lo ya, orang yang melahirkan lo merawat lo, lo katain kayak tadi. Otak lo dimana Al? Ini yang katanya anak terdidik? Lo bahkan tidak bisa menghargai mama. Seburuk-buruknya gue, gue gak pernah berpikir menghina orang tua sendiri kayak gitu" Reyhan menenangkan nada bicara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Satu Arah [Selesai]
RandomSeutuhnya permainan Dunia tidak ada yang tahu, 'dia' hadir dalam artian berbeda. Kasih sayang yang setara adalah sebuah angan berharga yang sampai kini belum ia dapatkan. Hukuman, kemarahan, terabaikan bahkan di salahkan menjadi makanan sehari-hari...