48

1.7K 120 16
                                    

"Jangan mencoba bermain-main dengan perasaan jika tak ingin menangis karenanya."

_Reyhan Arsenio Ghazanvar_










Happy Reading

***





Segalanya berjalan mengikuti alur semesta, sampai detik ini masih tetap saja sama. Belum ada perubahan yang mengesankan selain luka-luka lama kian menganga. Berdarah-darah hingga hampir binasa dibuatnya.

Waktu semakin senang bermain-main atau manusia sendiri kurang usaha merubah pedih menjadi tawa?

Empat bulan tinggal bersama bukannya semakin dekat malah pertikaian yang kian menguat, seakan asing yang dipaksa bernaung di tempat yang sama. Untungnya dari banyak luka yang tercipta masih ada seonggok tawa penyembunyi derita.

"Hari ini, hari terakhir kamu ujian akhir semester pertama kan?" Wanita yang mengenakan dress sebatas betis tanpa lengan memamerkan postur tubuhnya.

Wanita tanpa suami itu memang tetap elegan dengan segala pakaian yang melekat ditubuhnya, walaupun usia tak lagi remaja tapi masalah penampilan wanita itu tidak mau ketinggalan.

"Iya" sahut Reyhan sambil mengikat tali sepatunya.

"Semangat ya ponakannya Tante dan semoga harimu menyenangkan" ujar Aliza mengacak surai Reyhan.

Remaja laki-laki itu tekikik geli karenanya, kebiasaan sederhana tantenya itu tak pernah hilang.

Cara wanita itu menunjukkan kasih sayang membuat ia merasa berharga.

"Terimakasih Tante Za yang paling cantik" sahut Reyhan mengecup singkat pipi sang Tante.

Tanpa keduanya sadari seorang wanita menyorot sendu Tante dan keponakan itu, merasa miris pada diri sendiri yang tak bisa sedekat itu dengan buah hatinya sendiri.

Wajar apabila Reyhan lebih dekat dengan Aliza ketimbang dirinya, mengingat se-jahat apa ia memperlakukan Reyhan di masa lalu.

"Bisakah kamu bersikap pada Mama sama seperti sikap kamu pada Tante kamu Rey? Mama ingin hubungan kita baik-baik saja seperti keluarga lainnya" gumamnya lirih.

Sandra hanya bisa menyesali waktu yang ia buang sia-sia, harapan yang ia yakini telah pupus. Sekuat apapun mencoba keluarga ini tidak akan bisa menerima Reyhan sepenuhnya.

"Kamu pasti sangat tersiksa kan? Sabar ya, Mama masih menunggu apa yang akan Papa kamu lakukan setelah ini" sambungnya dalam hati.







***



Hampir 90 menit cowok itu berkutat pada soal-soal di hadapannya, di baca tiap-tiap suku kata berulang kali. Namun, sialnya selama satu jam lebih ia hanya bisa menjawab 15 dari 50 butir soal pilihan ganda.

Otaknya tidak mau fokus pada sekumpul soal sosiologi yang tercetak jelas di atas kertas putih, fokus pikiran justru terpecah pada permasalahan yang terjadi belakangan ini. Seakan tak ada habisnya mesin otak mengulik segala beban hati yang kian memberat.
Mulai dari masalah keluarga, percintaan bahkan kepercayaan diri ikut ia pertanyakan. Yang paling menjadi beban pikiran adalah Alfian, apa ia sudah jahat pada kakaknya itu? Dengan hadir membawa luka kehilangan untuk saudara tirinya.

Reyhan mulai memikirkan cara membenahi hati yang tanpa sadar telah ia patahkan.

"Reyhan kamu belum selesai?" Reyhan tersadar dari lamunannya kala suara berat guru pengawas yang duduk di depan kelas.

Tak Satu Arah [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang