SSD 22

23.2K 795 3
                                    

Sebulan telah berlalu kini Dita disebuah tempat tapi semuanya berwarna putih. Dita menghampiri dua orang paruh baya sambil berlari dan berteriak.

"MAMA PAPA"

Dita memeluk kedua orang itu yang diyakini kedua orang tua Dita.

"Sayang! " ucap mamanya Dita yang bernama Diana.

"Peri kecil papa sekarang sudah besar ya?" Dita bergantian memeluk papanya.

"Iya mas, sekarang sudah punya suami dan anak lagi" ucap Diana membuat wajah Dita langsung murung.

"Duh, peri kecil papa kenapa jadi murung gini?" Dirga menatap Dita bingung.

"Ada yang salah sama ucapan mama? " Dita menggeleng.

"Terus? "

"Gak papa mamakuhh sayanggg" jawab Dita sambil tersenyum.

"Oh iya pa, ma, abang mana? "

"Kan abang ada sama kamu" jawab Dirga dan diangguki Diana.

"Maksud papa? "

"Kan abang masih hidup, jadi abang masih sama kamu di dunia" jelas Dirga membuat Dita bingung.

"Dita gak maksud" jawab Dita membuat Dirga menghela napas sebentar lalu menjelaskan lagi namun langsung dicegah Diana.

"Suatu saat kamu pasti tahu sayang! " ucap Diana membuat Dita semakin bingung.

"Papa dan mama pamit dulu ya? " sambung Diana.

"Kemana? "

"Ke suatu tempat"

"Ikut! " seru Dita membuat Dirga dan Diana memandang satu sama lain, lalu menatap Dita dengan tersenyum.

"Nanti kalau sudah saat" ucap Diana sambil memeluk Dita dan disusul Dirga.

"Tap-" ucap Dita terpotong saat Dirga dan Diana langsung menghilang dari hadapannya.

"MAMA! PAPA! " teriak Dita memanggil Dirga dan Diana.

"MAMA! PAPA!" Dita langsung bangun dari koma setelah berteriak memanggil kedua orang tuanya.

"Dita" panggil Darren sambil tersenyum.

"Astagfirullah" pekik Dita saat melihat wajah Darren babak belur.

"Kenapa? " tanya Darren bingung.

"I-itu" bukannya menjawab tapi malah menunjuk-nunjuk wajah Darren. Darren terkekeh melihat Dita yang kaget karena melihat wajahnya yang babak belur.

"Bapak kenapa? Itu kok mukanya babak belur begitu? "

"Gak papa"

"Bohong ih pasti ada apa-apa, iyakan?" Bukannya menjawab malah nanya balik sambil tersenyum.

"Kamu sudah sadar? " 

"Ih bukannya menjawab malah nanya balik" kesal Dita sambil menggembungkan kedua pipinya yang masih membiru di muka pucatnya. Cengkraman Darren waktu itu masih membekas di kedua pipi Dita dan juga pergelangan tangannya.

Darren yang melihat Dita menggembungkan pipi bukannya gemas malah meminta maaf.

"Maaf!" ucap Darren dengan nada yang tulus.

"Untuk? "

"Maaf kalau  waktu itu saya bikin kamu terbaring di sini"

"Emang aku kenapa? "

"Kam-" jawab Darren namun langsung terpotong dengan teriakan El dari pintu.

"BUNDA! " El berlari menghampiri Dita dan diikuti Jihan sama sahabat-sahabat Darren. Semua orang langsung bertanya pada Dita yang dirinya sedang bingung.

Suamiku Seorang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang