SSD 62

7.3K 271 19
                                    

Sepulang sekolah, Dion mengajak kembar ke restoran karena Dita yang menyuruh. Beberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di restoran. Mereka keluar dari mobil dan masuk kedalam restoran yang terlihat rapi, walaupun banyak pengujung yang datang.

"Ayo ikut om ke ruangan bunda"

"Iya om"

Saat melewati kasir kedua mata Dion membola menangkap seorang pria yang duduk di pojokan sendirian sambil bermain ponsel. Dirinya tidak bisa membiarkan orang itu melihat kembar maupun Dita. Dion menarik kembar kelantai atas dengan sedikit kencang dan cepat. Sesampainya di depan ruangan Dita, Dion langsung membawa masuk kembar.

"Loh ada apa ini?" tanya Dita langsung berdiri saat melihat Dion masuk dengan menggenggam tangan Zeva dengan erat hingga membuat Zeva kesakitan.

"Kalian disini! Jangan kemana-mana!" perintah Dion.

"Emang ada apa bang?" tanya Dita langsung membawa Zeva ke pelukannya, sesekali mengusap punggungnya.

"Udah turutin aja. Abang mau keluar sebentar"

"Iya"

Setelah Dion keluar, Zeva langsung menangis sejadi-jadinya karena pergelangan tangannya sedikit memar.

"Hiks b-bunda sakit hiks" ringis Zeva terisak.

"Apa bang Dion melihat mas Darren ya? Ini nggak bisa dibiarin"

"Zean ambilin kotak P3K di laci sana" suruh Dita pada Zean.

"Hmm" Zean menurut.

Beberapa menit Dita mengobati pergelangan Zeva, akhirnya selesai. Dirinya mengompresnya dengan es batu, tidak lupa membungkusnya dengan perban.

"Udah selesai, jangan nangis"

"T-tapi sakit bunda hiks"

"Nanti juga sembuh. Kalian sudah makan siang belum?"

"Belum" jawab Zean disertai gelengan.

"Sebentar bunda panggilin mbak dulu" Dita mengambil ponsel diatas meja dan menghubungi salah satu karyawannya yang dirinya sudah anggap adek sendiri.

"Tunggu nanti mbak kesini bawa makanan kesukaan kalian"

"Iya"

"Tadi disekolah seru nggak? Teman-temannya ada yang nakal nggak? " Zeva yang mulanya sedih seketika langsung sumringah.

"Seru bunda. Tadi pas mau berangkat, Zeva melihat sekelompok anak-anak yang umurnya seperti Zeva. Kata om Dion mereka adalah pengamen. Mereka bekerja sehari-hari menyanyi di jalanan buat makan" jelas Zeva menceritakan apa yang terjadi tadi pagi.

"Zeva jadi pengen berteman sama mereka. Zeva kasihan melihatnya"

"Iyakah?"

"Iya bunda. Dan tadi disekolah Zeva bertemu banyak teman yang baik banget sama Zeva, sampai tidak bisa bedain Zeva dan abang. Soalnya Zeva majunya terakhir semua teman-teman Zeva langsung menatap abang dan Zeva secara bergantian, hehehe. Oh iya bunda, tadi aku kenalan sama siapa namanya bang?" Dita mengangguk-angguk mendengar cerita Zeva.

"Yang mana?" tanya Zean fokus pada iPad di tangannya, tanpa menoleh sedikitpun.

"Yang duduk sama abang tadi" kesal Zeva karena dicuekin.

"Galon" jawab Zean.

"Namamu Galon bun, dan yang duduk sama Ze-" ucap Zeva terpotong.

"Galon? Masa nama orang Galon?" bingung Dita membuat Zeva berpikir sejenak.

Suamiku Seorang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang