SSD 31

19.5K 643 9
                                    

Sekarang adalah malam minggu tapi hujan dan dingin membuat sepasang suami-istri lagi duduk di ranjang. Dita menyenderkan kepalanya didada bidang Darren. Sementara Darren mengelus rambut Dita lembut.

"April" panggil Darren pada Dita membuat sangat empu menatapnya bingung.

"Siapa April? "

"Ya kamu!" jawab Darren juga menatap Dita.

"Ck April itu panggilan spesial dari saya"

"Oh" jawab Dita dengan wajah sedih membuat Darren mengernyitkan dahinya.

"Saya salah ya? " Dita menggeleng.

"Terus? " bukannya menjawab Dita malah nangis membuat Darren semakin bingung.

"Saya salah ya?" ulang Darren namun Dita terus menggeleng.

"Terus kenapa? "

"April itu panggilan dari abang aku tapi sekarang aku gak tahu dimana abang berada"

"Bukannya abang kamu sudah pergi? " Dita menggeleng.

"Maksudnya gimana? "

"Waktu aku koma, aku berada di sebuah tempat tapi semuanya putih dan ketemu mama dan papa tapi tidak ada abang disana. Terus aku tanya abang dimana? Mama bilang abang ada sama kamu. Aku bingung mendengar ucapan mama. Terus aku ingin ikut sama mama dan papa tapi mereka tidak mengizinkan aku. Mereka bilang Dita tidak boleh ikut kita. Dita masih punya tanggung jawab di sana yaitu merawat El dan bapak. Sejujurnya aku pengen sekali ikut mama dan papa, tapi-" jawab Dita panjang lebar membuat Darren tertegun mendengarnya. Darren langsung membawa Dita ke pelukannya.

"Maaf" lirih Darren.

"Tapi aku ingat kalian berdua disini yang masih membutuhkan aku walaupun bapak tidak menganggap aku sebagai istri! " bagai di dihantam batu besar membuatnya Darren tak bisa bernapas sejenak saat mendengar cerita Dita. Darren tidak bisa lagi berkata-kata. Dirinya terus merasa bersalah atas semua yang dirinya lakukan pada Dita. Mulai dari menampar nya, menghina, membeda-bedakan dengan Aira dan lain-lain yang dirinya lakukan. Tangan Darren mengepal sampai buku-buku jarinya memutih. Darren melepaskan Dita dengan sedikit kasar membuat Dita tersentak kaget. Darren beranjak dari ranjangnya dan pergi keluar meninggalkan Dita sendirian. Dita di buat buat bingung dengan sikap Darren barusan yang berubah lagi. Apakah dirinya membuat kesalahan? Padahal tidak! Terus kenapa dengan pak Darren? Pikir Dita.

Sementara diluar kamar Darren langsung naik kelantai atas dimana letak ruang gymnya. Setelah sampai di ruangan khusus gym Darren melangkah ke arah samsak dan meninjunya tanpa sarung tinju. Darren memukulnya dengan kuat untuk melampiaskan emosinya. Darren sedikit teriak bukan karena kesakitan di jari-jarinya yang keluar Darren namun dirinya berteriak karena rasa bersalanya pada Dita semakin besar.

"ARGGHHH"

30 menit telah berlalu Darren masih meninju-ninju benda didepannya sampai berkeringat. Namun tiba-tiba lampu padam disertai petir diluar membuatnya berhenti. Darren mencari ponselnya namun tidak ketemu, bahwa dirinya kesini tidak bawa HP. Darren meraba-raba sekitar guna mencari pintu karena pencahayaan yang remang-remang. Sampai dipintu Darren langsung membukanya dan berjalan keluar. Saat sampai di luar Darren langsung dikagetkan dengan Dita yang berdiri dengan rambut yang tergerai kedepan membuat dirinya seperti kuntilanak dan juga senter di wajahnya.

"ALLAHUAKBAR" kaget Darren sambil membalikkan badannya ke belakang. Orang yang di teriaki hanya bisa kesal dan kesal.

"Bapak ngapain hadap belakang? " Iya Darren kenal suara itu. Darren langsung membalikkan badannya dan menatap kesal si pemilik suara yang memasang wajah tanpa dosa.

Suamiku Seorang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang