SSD 53

9.7K 427 22
                                    

Pagi ini Dita telat ke acara pernikahan sahabatnya, karena tadi malam olahraga sampai jam 3, jadi kesiangan bangunnya. Dita buru-buru memakai ini itu, sedangkan suaminya masih berada dikamar mandi.

"MAS CEPET!!" teriak Dita saat melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah 8 pagi. Ya memang acara akadnya setengah jam lagi, bagaimana pun juga Nita selalu menemaninya jadi sekarang giliran dirinya menemani sahabatnya.

"BENTAR" teriak Darren dari dalam.

"KALAU LELET AKU TINGGALIN!" ancam Dita karena dari tadi dirinya menunggu suaminya begitu lama. Mungkin kira-kira 1 jam an, eh gak kok kira-kira 30 menitan.

"MA-" teriak Dita terpotong saat melihat suaminya berdiri diambang pintu kamar mandi mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Gak capek apa dari tadi teriak mulu? " tanya Darren kesal sebab dari tadi istrinya itu teriak-teriak mulu membuat telinganya berdenging.

"Salahnya mas kenapa lama sekali" jawab Dita tidak mau kalah.

"Iya mas salah" lebih baik Darren mengalah daripada nggak kelar-kelar.

"Dari tadi kek" ketus Dita meninggalkan suaminya yang lagi memakai kemeja.

"Huh, sabar"

"Untung saya sabar, kalau tidak pasti sud- akh" gumam Darren terpotong karena jeweran dari istrinya.

"Pasti sudah apa?" tanya Dita menatap suaminya garang.

"Sakit ay" ringis Darren.

"Sakit ya? Kalau ini gimana?" bukannya melepaskan jewerannya Dita malah semakin kuat membuat suaminya berteriak kesakitan.

"AKHH. Aku mohon lepasin ay" mohon Darren membuat Dita melepaskan tangannya di telinga Darren dengan kasar.

"Makanya jangan ngomongin istri sendiri, kualat kan jadinya" ketus Dita.

"Kamu juga suka ngomongin aku dibelakang lagi" jawab Darren membuat istrinya langsung terdiam.

"Kenapa? Iyakan?" Darren tersenyum smirk melihat istrinya diam seribu bahasa.

"E-enggak ya" gugup Dita.

"Kalau enggak kenapa gugup gitu jawabnya?"

"Ah sial, kenapa aku malah yang kena sih. Ini namanya senjata makan tuan" gerutu Dita dalam hati .

"Y-ya gak papa lah, emang gak boleh?"

"Berarti bener kamu suka ngomongin aku dibelakang. Padahal tadi aku cuma bercanda" ucap Darren membuat istrinya membulatkan matanya.

"Apa tadi? Bercanda? Oh my good suami sialan" batin Dita tidak terima.

"Nggak boleh mengumpat ke suami!" dingin Darren membuat Dita mematung. Kenapa suaminya ini begitu tahu isi kepalanya, pikir Dita.

"Cepat katanya mau keluar. Lihat sekarang sudah jam berapa?" ajak Darren melihat istrinya diam ditempat.

"Ay" panggil Darren namun istrinya masih diam. Mau tak mau Darren menghampiri istrinya dan mencubit pipinya sedikit keras hingga tersadar dari lamunannya.

"Eh apa mas?" tanya Dita bingung.

"Kenapa hmm?"

"Tadi mas nanya apa?"

"Kenapa kok melamun?"

"Emang aku melamun?"

Darren menepuk jidatnya, kenapa malah jadi tanya-menanya satu sama lain.

"Gak kok. Ayo kita keluar pasti sudah ditunggu dibawah" ajak Darren menggandeng tangan istrinya keluar dari kamar yang mereka tempati. Sebenarnya mereka berada di hotel bintang lima tempat kelahiran Bayu. Karena pernikahan sahabatnya Darren digelar di Semarang.

Suamiku Seorang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang