SSD 61

7.3K 285 13
                                    

Seminggu telah berlalu Dita berada di Indonesia. Hari ini adalah hari pertama kembar sekolah TK di Indonesia. Dita merasa bersalah karena tidak bisa menemani kembar sekolah, karena dirinya ada masalah di restoran.

"Maafin bunda, nggak bisa nemenin kalian" ucap Dita sedih seraya mengusap kepala kembar pelan. Lalu memeluknya sebagai tanda maaf.

"Nggak papa bunda, kan hari ini di anterin om Ion" ucap Zeva menampilkan senyum manisnya.

"Zean jagain adek kamu ya?"

"Iya bunda"

"Sudah siap?" tanya Dion menghampiri Dita dan kembar.

"Sudah om" jawab Zeva.

"Jagain anak-anak ya bang?"

"Tenang mereka pasti aman sama abang. Sana kamu kalau mau ke restoran, biar kembar sama abang"

"Yaudah aku pergi dulu. Kalian hati-hati" pamit Dota menyalimi tangan Dion dan tidak lupa mencium pipi kembar secara bergantian.

"Bunda juga hati-hati" ucap Zeva sambil berdadah tangan saat Dita sudah mulai menjauh.

"Yaudah sekarang kita berangkat" ucap Zean berjalan dulu. Dion dan Zeva langsung bersitatap tidak lupa menggidikkan bahunya dan mengikuti Zean.

"Yaudah ayo om" Zeva menarik tangan Dion keluar.

"Sebentar om nutup pintu dulu" ucap Dion berhenti dsn menutup pintu, lalu dirinya berjalan dibelakang Zeva menuju mobil yang terparkir di depan garasi. Dion masuk kedalam mobil duduk dikursi pengemudi, sedangkan kembar duduk jok dibelakang.

"Om" panggil Zeva membuat Dion melirik spion di atasnya.

"Kenapa?"

"Masih jauhkah?"

"Tidak, mungkin setengah jam dari sini" Zeva mengangguk.

"Lama juga ya"

"Tidak, nanti kalau sudah terbiasa pasti dekat"

"Oke om"

Mobil yang mereka tumpangi berhenti saat lampu merah. Zeva melihat sekumpulan anak-anak seumuran dirinya yang lagi nyanyi di sebelah mobil maupun sepeda motor.

"Om, kenapa mereka nggak sekolah? Dan kenapa mereka nyanyi dikasih uang? " Dion tersenyum dengan pertanyaan Zeva barusan.

"Karena nyanyi adalah pekerjaan mereka sehari-hari"

"Kerja?" kaget Zeva.

"Iya, mereka bekerja untuk menghidupi keluarga mereka. Justru itu mereka tidak sekolah"

"Kasihan sekali mereka" gumam Zeva menatap kasihan sekumpulan anak-anak yang duduk di trotoar karena lampu sudah kembali hijau.

"Sekarang pahamkan, kenapa bunda jarang kasih kamu pengen beli ini itu. Bukannya bunda tidak sayang sama Zeva, tapi bunda mengajarkan kita untuk bersyukur, karena masih banyak orang yang lebih membutuhkan" ucap Zean tiba-tiba, membuat Dion tersenyum penuh haru. Bagaimana tidak seorang bocah yang belum ngerti apa itu mencari uang, tapi tidak dengan ponakan satu ini sungguh dirinya merasa bangga sekali.

"Maaf" lirih Zeva menunduk. Zean yang mendengarnya langsung terkekeh kecil seraya mengusap kepala adeknya.

"Ya ampun gemasnya ponakan om ini" sindir Dion.

"Om Ion pasti iri lihat kedekatan kita berdua ya nggak bang?" Zean mengangguk setuju.

"Ngapain om iri. Daripada iri mending tidur"

"Pantesan nggak ada jodoh, orang tidur mulu kerjaannya" ejek Zean mak jleg seketika membuat Dion terdiam.

Beberapa menit kemudian mobil mereka berhenti di lapangan sekolah baru kembar. Zeva yang takjub melihat bangunan sekolahnya.

Suamiku Seorang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang