SSD 44

13K 570 15
                                    

Siang ini keluarga kecil Darren akan pergi ke makam Aira. Mereka semua memakai pakaian serba hitam ditambah kacamata yang Darren dan El pakai membuat kesan mereka berdua, Author gak bisa jelasinnya. Sedangkan Dita memakai gamis hitam dan pasmina hitam membuat dirinya bertambah berkali lipat cantiknya. Di perjalanan El terus mengoceh tidak jelas karena sudah lama tidak kerumah mamanya. Dita yang menjadi pendengar baik hanya bisa tersenyum sebagai jawabannya. 

"Bunda"

"Iya"

"Ey kangen banget loh sama mama"

"Serius? "

"Iya"

"Udah lama gak kelumah mama"

"Sama bunda juga. Semenjak menikah bunda jarang kerumah mama dan papa" Ucap Dita sambil tersenyum kecut. Darren langsung menoleh ke sang istri yang mendadak jadi sedih.

"Kenapa? Mau kesana juga? "

"Iya. Tapi kapan-kapan aja soalnya nanti pulangnya pasti kesorean" jawab Dita sambil tersenyum seolah menutupi sedihnya.

"Kalau kamu kangen, nanti sekalian kita ke makam mama sama papa. Kan saya juga belum berkenalan sama ortu kamu"

"Mm terserah mas aja, aku ikut"

Setelah tidak ada percakapan karena mereka sibuk dengan dunia masing-masing. Darren kembali fokus menyetir dan El sibuk dengan main di tangannya, sedangkan Dita menatap luar.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya mereka sampai di pemakaman umum. Sebelum turun Dita menatap sekitar area pemakaman. Dita sempat berpikir jadi sebenarnya makam mbak Aira sama juga dengan makam orang tua Dita. Setelah itu mereka langsung turun dari mobil dan berjalan ke arah makam Aira. Dita mengikuti Darren dibelakang karena tidak tahu letak makam Aira.

"Mas"

"Kenapa? "

"Cuma manggil aja"

Akhirnya mereka sampai didepan gundukan tanah. Darren menurunkan El dari gendongannya. Lalu duduk diikuti Dita. Sebelum menaburkan bunga, mereka membersihkan rumput-rumput yang tumbuh disekitar makam Aira dan adiknya. Setelah itu Darren menaburkan bunga diikuti El dan Dita.

"Aira, lihat aku bawa siapa? " tanya Darren sambil mengelus nisan didepannya. Darren sesekali mendongak menahan air matanya yang akan jatuh. Dita yang melihatnya langsung menangis.

"Mbak, aku datang" lirih Dita sambil mengelus nisan didepannya juga.

"Mama Ey datang" begitupun El mengikuti kedua orang didepannya.

Rasa haru kian menyerbu dada Darren membuatnya tak bisa menahan air matanya lagi.

"Aku cengeng ya?" tanya Darren pada Aira.

"Hahaha, aku makasih banget sama kamu karena mempertemukan aku dengan Dita. Yang mana menjadi ibunya El anak kamu. Sekarang aku sudah menepati janji kamu untuk menikah lagi, tap- hiks" ucap Darren terhenti karena tidak bisa menahan isakkanya. Dengan sekuat tenaga Darren tahan dan tahan tapi lama kelamaan lolos juga. Dita yang berada disamping langsung mengelus punggung Darren.

"Kalau gak kuat jangan diterusin"

"A-aku gak bisa"

"Iya aku juga tahu, tapi kalau mbak Aira tahu mas nangis pasti nanti mbak Aira marah" ucap Dita sedikit dengan candaan. Darren tersenyum mendengar penuturan Dita barusan dan langsung menarik kedalam pelukannya.

"M-maaf" Darren mengelus kepala Dita yang terbalut pasmina.

"Iya, Btw udah peluknya nanti mbak Aira cemburu" bukannya melepaskan Darren malah semakin mengeratkan.

Suamiku Seorang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang