SSD 66

11.2K 211 12
                                    

Setelah mendapat persetujuan dan di diskusikan dimana mereka akan berlibur. Sebagai orang tua, Darren dan Dita hanya ikut saja kemana anak-anak inginkan.

"Jadi di Indonesia? Tidak mau ke luar negeri??" tanya Darren memastikan.

"Indonesia aja pa, soalnya kalau di luar negeri  naik pesawatnya lama dan capek" ucap Zeva di angguki Zean.

"El gimana?" tanya Dita saat melihat putranya sedari tadi menekuk wajahnya.

"Yahh, padahal El pengen ke luar negeri, tapi kalau itu kemauan Zeva nggak papa" ucap El ikut senang walau menahan agar tidak sedih.

"Maafin kita berdua ya bang. Gara-gara Zeva dan Zean, bang El nggak jadi ke luar negeri" ucap Zeva dengan rasa bersalah sembari mengulurkan tangannya.

"Iya, nggak papa kok. Yang penting kamu senang" El menerima uluran tangan Zeva dan tersenyum lega.

"Makasih abangg" senang Zeva langsung memeluk El.

"Iya, iya cantikku" balas El.

Sedangkan Darren dan Dita yang melihat itu ikut tersenyum lega. Tidak lupa saling bertatap mata dab memeluk satu sama lain.

"Terima kasih sudah mendidik mereka dengan baik" ucap Darren berterima kasih pada istrinya.

"Kamu juga"

"Kamu yang lebih banyak mengajarkan mereka kebaikan, sedangkan aku cuma bisa marah-marah"

"Huss, mau ku gigit mulut mas?" ucap Dita tanpa sadar langsung membungkam mulutnya sendiri dengan telapak tangan. Sontak hal itu tidak luput dengan pebdengaran Darren yang sudah tersenyum penuh arti.

"Boleh.

"Mm-maksud aku bukan gitu" gugup Dita saat Darren tiba-tiba mendekatkan wajahnya.

"Boleh kok ay. Ayo disini juga nggak papa"

"Mas" cicit Dita malu.

"Kenapa? Bukankah kamu yang mau," tanya Darren dengan mengerlingkan matanya.

"Isshh aku marah sama mas" kesal Dita melepaskan pelukannya dan beranjak ingin meninggalkan mereka, namun saat dirinya ingin berdiri tiba-tiba Darren menarik tangannya hingga terjatuh ke sofa.

"Ekhem" dehem Zean.

"Cie-cie" goda El geli melihat orang tuanya.

"MAS DARREN!!" teriak Dita malu sambil mencubit lengan suaminya.

"AKHH" ringis Darren tak kalah teriak.

"Sudahkan bahasnya? Kalau gitu kita tidur dulu" pamit El.

"Selamat malam semuanya, Zeva yang cantik ini mau tidur dulu, bye" pamit Zeva lalu berjalan duluan.

"Ayo abang!"

"Ayo, cepat Zen" ajak El pada Zean yang enggan berjalan.

"Duluan aja bang"

"Nggak papa ditinggal?"

"Nggak papa, sana susul Zeva"

"Baikah"

Setelah El pergi, tinggallah Zean, Darren, dan Dita.

"Kenapa sayang?" tanya Dita menatap Zean yang berdiri menatapnya juga.

"Bun, Zean mau ngomong sesuatu boleh nggak"

"Boleh. Mau ngomong apa?" Dita beranjak dari samping Darren dan menghampiri anaknya. Dirinya berjongkok di depan Zean seraya mengelus rambutnya dengan lembut.

"Mau ngomong apa, hmm?"

"KALAU MAU ANU ITU PINTUNYA DI KUNCI!!" teriak Zean membuat Dita merem karena kaget dengan suaranya.

Suamiku Seorang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang