SSD 55

9.2K 423 26
                                    

Usia kehamilan Dita sudah memasuki 4 bulan. Selama beberapa bulan ini Dita tidak merasakan apapun, malahan Darren yang mengalami morning sickness. Seperti sekarang ini Darren lagi tidur tiba-tiba merasakan mual, hal itu membuat dirinya langsung berlari masuk kamar mandi.

'Huek huek'

"Mas muntah lagi?" tanya Dita menghampiri suaminya, tak lupa memijit tengkuk Darren agar semua cairan keluar.

"Bun, aku pusing" keluh Darren lemas. Dita memapah Darren keluar dari kamar mandi. Dirinya membaringkan suaminya dikasur.

"Tunggu sini, aku mau bikin teh anget dulu" ucap Dita setelah menyelimuti suaminya.

"Hmm" jawab Darren sambil mengangguk.

Beberapa menit Dita kembali membawa nampan yang berisi satu cangkir teh anget dan roti bakar. Dita meletakkan nampannya di nakas, lalu membantu suaminya duduk. Setelah itu dirinya menyodorkan cangkirnya ke bibir suaminya. Darren menerima dengan senang hati. Walaupun cuma satu tegukan sudah merasakan sedikit lega.

"Makan rotinya ya?" ucap Dita sambil menyodorkan roti bakar didepan Darren. Darren menggeleng sebagai jawabannya. Sungguh dirinya lagi gak mood buat makan kalau ujung-ujungnya muntah.

"Tapi ini roti kesukaan mas"

"Bukannya mas nggak mau tap-" ucap Darren terhenti saat merasakan mual lagi. Dita buru-buru menghampiri suaminya yang muntah lagi.

"Ternyata gini yang dirasakan bumil, untung aku gak rasain, tapi kasihan suami aku"

"By, hiks hiks" tangis Darren. Hal ini sudah biasa bagi Dita.

"Sini" Dita merentangkan tangannya. Darren langsung memeluk istrinya dengan manja.

"Kenapa?" tanya Dita sambil mengusap rambut Darren pelan.

"Kapan berakhirnya ini, aku sudah nggak kuat. Dikit-dikit mual dan muntah. Aku capek hiks"

"Cup cup. Sudah jangan nangis lagi, nanti juga berhenti" tenang Dita membuat Darren sedikit lega.

"Serius kan?"

"Iyaaa suamikuuhhh" gemas Dita mencubit kedua pipi Darren dengan sedikit keras.

"Hiks jangan dicubit" adu Darren mengusap kedua pipinya yang sedikit panas.

"Ututu gemes sekali suamiku ini" lagi-lagi Dita mencubit pipi suamiku lebih keras, membuat Darren berteriak.

"AKH HUAA" tangis Darren meledak.

"Eh sakit ya? Maaf" Dita mengusap pipi Darren namun langsung ditepis sang empu dengan kasar. Dita terdiam sejenak menatap nanar tangannya.

"Bunda" panggil El membuat Dita menoleh kearah pintu.

"Kenapa hmm?" tanya Dita menghampiri putranya.

"Ada onty Nita"

"Oh ya, dimana?"

"Bawah"

"Yaudah, sekarang kita turun" ajak Dita menggandeng El pergi dari kamarnya. Hal itu tidak luput dari pandangan Darren.

"AKHHHH SIALAN!! KENAPA AKU BISA KALAH SAMA BOCIL?? HUAAA" umpat Darren lalu menangis kencang sambil memukul kasur dan berguling-guling.

****

Sedangkan dibawah Dita mengajak Nita ke halaman belakang yang tak kalah indah dengan taman rumah suaminya dulu, tapi yang ini sangat luas ditambah kolam renang, tempat bermain anak-anak, dan taman bunga.

Suamiku Seorang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang