SSD 40

15K 518 28
                                    

Kini Dita dan Nita sedang mampir ke pom bensin untuk mengisi motor mereka masing-masing. Nita mengamati-amati area sekitar dan matanya tertuju dengan seorang pria yang berada didalam mobil. Matanya sedikit menyipit agar dirinya bisa melihat jelas siapa pria itu.

"Dit"

"Hmm"

"Itu bukannya abang lo, ya? " tanya Nita sambil menunjukkan seorang pria yang tadi dirinya lihat. Dita mengikuti arah telunjuk Nita. Dirinya langsung kaget sekaligus senang sedih jadi satu. Saat Dita ingin menghampiri mobil itu malah mobilnya pergi. Dita terburu-buru membayar bensinnya.

"Ini mbak untuk saya dan temen saya" Dita mengambil 2 lembar uang merah dan dikasihkan ke petugas. Setelah membayar dirinya langsung menaiki motornya, tak lupa El juga. Dita langsung menancapkan gasnya meninggalkan area pom dengan kecepatan sedikit tinggi. Nita dan Roni ynag melihat Dita melajukan motornya dengan cepat membuat mereka langsung mengejarnya.

Dita ingin menangis saat mobil yang dikendarai orang mirip abangnya hilang. Dita tetep berusaha tak lupa menambahkan kecepatannya membuat El menangis. Dita tak memperdulikan El yang menangis karena dirinya tidak mendengar apapun, dirinya hanya ingin pria itu. Hingga pada akhirnya Dita melihat mobil tadi berbelok ke kiri masuk ke perumahan. Dita mengikutinya dengan pelan masuk ke area perumahan yang di masuki mobil tadi agar tidak dibilang penguntit. Tak lupa Nita dan Roni mengikutinya dibelakang.

Dita langsung ngerem mendadak saat melihat mobil didepannya berhenti di sebuah rumah yang megah. Mobilnya langsung masuk saat gerbangnya dibuka. Dita dengan buru-buru masuk kedalam rumah itu meninggalkan El sendirian di motor. Untung saja gerbangnya masih terbuka. Dita melihat orang itu berjalan kearah pintu utama membuat dirinya berlari dan...

Hap

Kedua tangan mungil Dita memeluk laki-laki itu membuat sang empu berhenti. Dita menangis di pelukan itu hingga orang yang dipeluk melepaskan tangan Dita, namun Dita enggan melepaskannya.

"Siapa ya? " tanya orang itu saat punggungnya basah.

"Abang" lirih Dita.

"Maaf anda siapa ya? " tanyanya lagi namun tidak digubris Dita. Karena sedari tadi menyebut 'abang'. Dengan sekuat tenaga orang itu melepaskan tangan Dita dari pinggangnya walau sedikit kasar membuat Dita tersentak dan menatap orang itu yang juga menatapnya.

"Abang" Dita kembali menangis karena melihat orang didepannya begitu mirip sama abangnya. Dita ingin memeluknya lagi namun tangannya langsung dicekal pria didepannya membuat dirinya menatapnya  nanar.

"Abang berubah" lirih Dita.

"Maaf anda siapa ya? Kenapa lancang sekali memeluk saya? Dan abang? "tanya orang itu dengan sedikit dingin membuat Dita membatu.

"Aku Dita adek abang" jawab Dita.

"Adek? "

"Iya, kamu bang Dion kan? "

"Dion? Siapa itu? Saya gak punya adek! Saya anak tunggal! Maaf anda salah orang!" ucap orang itu membuat Dita menggeleng.

"Enggak aku gak salah orang! Kamu bang Dion! Abang aku!" ucap Dita dengan sedikit kencang.

"Saya bilang gak punya adek! Jadi saya mohon anda keluar dari rumah saya! Dan satu lagi jangan panggil saya 'abang' kita tidak saling mengenal, so anda pergi dari rumah saya! " usir orang itu dengan halus tapi Dita terus menggeleng.

"Kamu abang aku! Abang Dion! "

"ANDA SALAH ORANG! SAYA BUKAN ABANG KAMU! " bentak orang itu membuat Dita kaget dan menggeleng.

"ABANG JAHAT! ABANG GAK SAYANG SAMA DITA! " teriak Dita langsung berlari keluar dari rumah itu. Sedangkan orang itu hanya bisa menghela napas kasar namun merasakan nyeri di hatinya saat tak sengaja meninggikan suaranya.

Suamiku Seorang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang