RAPAT PERENCANAAN AGENDA yang diadakan tiap awal bulan pada akhirnya usai. Briana merapikan beberapa dokumen yang sempat dibawa, lalu beranjak untuk membawanya kembali ke kantor.
Perempuan berparas oriental dengan rambut panjang yang digelung asal tiba-tiba berjalan menjejerinya.
"Pst, Bri," bisik sosok itu. Bahunya menyentuh lengan sang wanita. Dia mengedikkan dagu ke arah koridor, menunjuk figur seorang pria yang baru saja memasuki ruang kantor yang lain. "Si Rama nggak mengajukan cuti? Abis nikah langsung masuk gitu?"
Briana menoleh, melihat Rama yang sempat hadir dalam pandangan. Dia mengembuskan napas pelan selagi lanjut berjalan.
"Gue nggak tau, Ci. Pengajuan cuti nggak masuk di gue, tapi di anak HR."
Bella, sosok yang mengajak Briana mengobrol, berdecak pelan.
"Ye, siapa tau lo ngerti." Dia menelengkan kepala dan tersenyum jahil. "Masih sakit hati?"
Briana tersenyum malas. Dia melirik perempuan yang sudah lama menjadi partner kerja sekaligus temannya itu.
"Life goes on. Kalau masih sakit hati gue nggak akan masuk kerja."
Yang mengajak bicara langsung tertawa, terlihat lega.
"Baguslah. Gue nggak mau perusahaan ini kenapa-napa kalau founders-nya ribut." Dia melenggang menuju ruang kantornya sendiri, lalu berseru, "Eh, makan siang bareng, ya? Gue mau nyoba resto baru di lantai bawah."
Briana menyetujui sambil lalu. Satu jam berikutnya dia gunakan untuk menjelaskan hasil rapat pada karyawan divisinya. Dia memaparkan agenda proyek perusahaan untuk sebulan ke depan, target pengembangan macam apa yang ingin mereka capai, sekaligus keikutsertaan para anggota divisi pada beberapa proyek film ke depan.
Fokus Briana hanya terpaku pada masalah kantor. Dia menemui Bella ketika jam makan siang tiba. Mereka mengobrol ringan dan tengah berjalan menghampiri elevator ketika berpapasan dengan wajah yang familier. Sosok yang pertama menyapa adalah si orang itu. Dia memanggil Briana dan juga Bella.
"Ci Bella sama Bu Sutradara, kebetulan banget!" seru sosok lelaki berkacamata hitam itu dengan lantang. Dia melangkah lebar dan menurunkan kacamata. Wajahnya terlihat semringah. Ada bekas cukuran baru di rahangnya. "Kalian lagi istirahat?" Dia menatap sekitar, melihat beberapa karyawan yang juga keluar kantor utama. Sosok itu menahan ringis. "Ah, gue ganggu, dong."
"Elang," tutur Briana, mengawali. "Lo disuruh ke sini? Gue belum minta pemain buat datang."
Lelaki bernama Elang itu tersenyum canggung. Dia menggaruk belakang telinga yang sebenarnya tidak gatal-gatal amat.
"Ah, ya. Kru wardrobe minta gue dateng dulu buat fitting kostum."
Di sebelah Briana, Bella mengangguk.
"Betul juga, kemarin Sasha bilang mau manggil Elang sama yang lain buat nyoba pakaian syuting." Dia tersenyum pada Elang dan menaikkan alis. "Baik banget lo mau langsung dateng. Nggak sibuk emangnya? Minggu ini jadwal lo lagi padet buat promosi film yang baru naik layar itu, kan? Manajer lo cerita ke gue."
"Namanya juga kerjaan, Ci. Masa gue absen, nanti melanggar kontrak." Dia tertawa rendah. "Gue udah lama mau kerja bareng StarView, lagi semangat, nih."
Bella ikut tertawa. Dia menatap sang publik figur dengan sorot jahil.
"Halah, alesan lo. Tawaran tahun lalu dari gue aja ditolak, gara-gara yang nge-direct film itu Fajar, bukan Briana. Lo mau kerja bareng SV atau Briana?"
Alih-alih dibalas oleh si artis, Briana sudah mendahului. Dia menepuk pundak Bella selagi mengembuskan napas pendek.
"Schedule-nya yang dulu udah nggak memungkinkan, Ci. Lo masih aja ngungkit-ungkit." Dia menjelaskan, sedikit segan jika calon pemainnya ini terganggu dengan ledekan sang teman. "Nggak usah dipikirin, Lang. Yang penting nanti lo all out aja di proyek ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound Together [END]
RomanceSahabat lelaki, bagi Briana, sosok bernama Varen Abimanyu hanyalah seorang sahabat lelaki yang dikenalkan oleh ibunya ketika dulu mereka masih kanak-kanak. Mereka tumbuh dan berkembang bersama, menyaksikan kejatuhan, perjuangan, dan pencapaian yang...