14 ; Peringatan

8K 1K 103
                                    

BRIANA SUSAH MENERIMA saran yang tidak disertai alasan logis. Sangatlah normal ketika sosok itu langsung bertanya, "Kenapa harus ditolak?" ketika mendengar penuturan Varen. Keningnya mengerut dalam. Dia menatap Varen dengan penasaran. "Rachel Sambara bisa membuka peluang buat perkembangan label agensi kami. Atas dasar apa lo langsung berasumsi kalau kami bakal kewalahan menangani dia?"

Jika berterus terang, Varen akan berkata, 'Rachel iri sama lo karena gue suka lo. Dia bisa berniat buruk dengan masuk label agensi lo itu. Please don't take any risk. Dia licik dan nggak bisa diajak kerja sama'. Namun, apa daya, mana mungkin Varen akan langsung mengatakannya? Dia belum bisa memberi tahu Briana dengan kondisi yang belum kondusif seperti sekarang. Briana juga pasti belum siap untuk mendengar pernyataan mendadak semacam itu.

Oleh karenanya, Varen memutar otak. Dia mencari alasan yang tidak menyinggung perasaannya pada sang wanita.

"Dia udah terjun ke dunia commercial modelling sejak dua belas tahun lalu, waktu usianya masih delapan belasan. Dengan memanfaatkan pengaruh dan kekayaan keluarga, dia pernah masuk agensi model di Sydney selama tiga tahun. Hasilnya nggak terlalu bagus. Dia nggak betah di agensi itu dan memutuskan keluar setelah tiga tahun. Sejak saat itu, dia dikenalkan langsung ke berbagai petinggi perusahaan. Perusahaan-perusahaan itu dilobi buat mengontrak dia jadi model produk mereka," jelas Varen panjang lebar.

"Di saat yang sama, dia mulai melakukan branding sendiri lewat media sosial. Tawaran kerjanya makin banyak yang masuk. Bukan cuma jadi model komersial, tapi juga mempromosikan barang lewat laman media sosialnya. Dia udah biasa kerja sendiri, semua tawaran kerja masuk ke dia lewat manajernya. Dilihat dari track record itu, bakal susah bagi dia buat fit in di agensi yang mengurus konten kreator lain. Dia cuma bakal menambah beban di perusahaan lo. Orang yang udah biasa kerja sendiri bakal susah buat mulai kerja bareng orang lain. Perbedaan opini ... lo bakal kerepotan kalau kemauan dia dan perusahaan mulai beda," tambah Varen, menguraikan alasan yang mendukung pernyataan awalnya.

Dia menatap Briana, mengamati reaksi yang muncul.

Benar saja, Briana tidak lagi terlihat heran dan tersinggung. Dia kini mengangguk, mengutarakan pemahamannya.

"I see. Pengalaman kerja perlu diperhatikan," tuturnya pelan. "Tapi, gue nggak bisa menolak tawaran itu tanpa pertimbangan lain. Keputusannya bukan cuma ada di gue, tapi di tangan temen-temen yang lain." Briana menoleh, menatap Varen yang masih memperhatikannya. "Omongan lo bakal gue jadikan pertimbangan juga. Gue masih nunggu hasil wawancara Rachel. Abis itu, kami perlu diskusi sama tim konten kreator sekaligus Rama kalau emang perlu. Keputusan akhirnya tergantung dari hasil diskusi kami. Gue nggak bisa memutuskannya sendiri."

Alur kerja yang demikian sangat dipahami Varen. Briana mengatakan fakta, bukan sekadar mengada-ada.

Varen tak bisa ikut campur lebih banyak. Yang bisa dia tangani adalah si sumber masalah itu sendiri, bukan Briana dan label perusahaannya.

Dia pun mengangguk dan menerima ucapan sang wanita, merasa cukup beruntung karena Briana menceritakan berita ini.

Rachel Sambara, mengapa pula perempuan itu sangat terobsesi padanya?

Varen mengembuskan napas pelan dan lanjut membantu Briana menyiapkan makan malam mereka.

Sekarang dia akan menikmati waktu spesial dengan sahabat terkasihnya. Rachel akan dia urus besok, jika masih memungkinkan. Rencana memang harus bercabang-cabang, bukan? Dia perlu memikirkan tindakan preventif dan juga solusi kausal jika dia gagal mengurus campur tangan Rachel.

Dia takkan membiarkan perempuan itu mengusik ketenangan hidup wanitanya, apalagi setelah dia mencegahnya selama bertahun-tahun. Rachel tidak boleh mengganggu kehidupan Briana.

Bound Together [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang