50 ; Celah

6.1K 817 42
                                    

VAREN TAHU, DESAKAN evaluasi Amdal akan menjadi api yang membakar habis sumbu kesabaran lawan. Terpaan berita buruk sudah cukup mengganggu kenyamanan perusahaan sawit Sambara. Usulan evaluasi Amdal dari perusahaan rival akan membuat mereka makin kepanasan.

Kardinal Agro sepertinya mulai bertanya-tanya skema apa yang muncul di balik rentetan kesialan ini. Mereka masih belum mengetahui dalang di balik ketidakberuntungan itu, kecuali salah satu pihak yang berhubungan langsung dengannya, Rachel.

Rachel memang gegabah dan nekat. Namun, dia bukan sosok naif yang tidak mengetahui tindakan miring dari orang seperti Varen. Rachel menyadari langkah besar yang diambil Varen untuk membalas perilakunya. Sejak bertikai dengan lelaki itu, dia tahu, Varen akan melakukan sesuatu. Satu hal yang tak diprediksinya adalah keputusan Varen untuk mencampuri salah satu perusahaan utama keluarganya. Dia tak menyangka, Varen akan seberani itu untuk mengganggu anggota keluarganya yang lain.

Djuanda Sambara, paman Rachel sekaligus Direktur Utama Kardinal Agro, sangat tidak suka diusik. Dia adalah kakak dari ayah Rachel. Sebagai anak tertua, sosok itu sangat disegani sekaligus diwaspadai. Varen harusnya tahu sepak terjang dari sosok bernama Djuanda Sambara. Rachel terkejut dengan tindakan ekstrem yang dilakukan mantan calon tunangannya.

Dia tidak tahu bahwa Varen sengaja menargetkan paman Rachel karena pamannya itu memiliki kuasa untuk menekan anggota keluarga Sambara yang lain, termasuk ayah, kakak, dan juga dirinya. Keputusan Varen bukan sekadar tindakan nekat saja. Dia sudah menggali banyak informasi untuk mendapat benang merah ini. Ketika celah itu didapatkan, dia langsung merancang rencana yang akan membuat Rachel dan kakaknya kewalahan.

Hasil dari rencana itu kini mulai terlihat. Dua hari kemarin, Rachel menghubunginya untuk meluapkan rasa frustrasi. Dia memaki dan mencerca perilaku 'kejam' Varen terhadapnya. Tak hanya itu, dia juga memberi peringatan klise dan juga ancaman yang diharapkan akan membuat Varen menghentikan perencanaan yang sudah berjalan. Rachel meminta Varen berhenti bermain-main jika tidak ingin permainan itu menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Dia mengingatkan Varen untuk tak mengambil langkah lain yang akan memberi musibah bagi dia dan orang-orang terdekatnya.

"Kamu bukan orang tanpa cela. Aku tahu kelemahan kamu," ujar Rachel saat itu, nada suaranya mengancam. "Banyak orang yang kamu pedulikan. Kamu nggak seperti Kakak yang melepas semua orang terdekatnya. Di sekitarmu masih banyak orang yang bisa jadi batu sandungan. Aku tinggal pilih, siapa orang yang paling bisa bikin kamu kapok. Keluarga kamu nggak terkecuali. Kamu sekarang ngerecokin keluarga besarku, jadi jangan heran kalau aku mulai mengurusi keluargamu juga."

Varen masih cukup tenang ketika mendengar ancaman itu. Dia mendengkus pelan. Ancaman yang disampaikan Rachel terdengar konyol di telinganya.

"Keluarga gue? Lo mau berurusan sama siapa? Bokap, paman, atau sekalian kakek?" Dia menggeleng dengan tidak menyangka. "Mereka semua udah biasa menghadapi orang-orang semacam lo dan keluarga lo. Bokap dan paman lo sekalipun tau, keluarga gue sama kayak kalian. Ancaman lo yang itu sama sekali nggak mempan. Lo silakan aja campur tangan sama keluarga gue. Tapi, nantinya yang repot adalah lo sendiri, bukan gue. Gue nggak akan pusing dengan urusan keluarga besar."

"Artinya kamu nggak peduli sama orang tua dan saudara-saudaramu?" tandas Rachel.

"Bukan nggak peduli. Gue udah tau, mereka bisa menangani orang kayak lo," timpal Varen spontan. "Larisa dan Kiara nggak bodoh, mereka mungkin nggak terlibat bisnis keluarga kami. Tapi, mereka sanggup ngadepin permainan bocah kayak lo ini. Bokap nggak usah ditanya. Dia megang Mandala bukan tanpa alasan, meski kelihatannya dia gampang dipengaruhi sama bokap lo itu. Silakan aja lo cari perkara sama bokap gue."

Varen menarik napas pelan dan mengembuskannya perlahan.

"Ah, selanjutnya nyokap. Gue juga nggak khawatir semisal lo bikin masalah ke nyokap. Dia punya banyak cara buat meladeni orang semacam lo. Dia akan baik-baik aja. Orang-orang terdekat gue emang banyak. Tapi, mereka semua juga punya kapasitas buat menghadapi ancaman yang muncul karena gue. Bukan cuma keluarga, tapi juga temen, misalnya si Kiran. Silakan aja kalau lo mau ganggu mereka. Semua itu nggak akan berpengaruh buat gue."

Bound Together [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang