BRIANA TERBANGUN KETIKA mereka sampai di apartemen. Perempuan itu menerima papahan Varen, tetapi dia tetap enggan untuk mendapat gendongan. Alasannya mungkin karena malu. Varen sempat berpikir seperti itu, sampai akhirnya Briana bersikeras kembali ke kamar seorang diri dan tidak ingin lagi dibantu. Sikapnya mengingatkan Varen pada saat Briana berusaha menghindarinya. Varen tak bisa mengenyahkan kejanggalan yang muncul. Dia segera mengunci pintu apartemen dan ikut beranjak menghampiri kamar sang kekasih.
Tepat seperti prediksinya, Briana tetap kepayahan untuk berdiri. Perempuan itu beberapa kali terhuyung. Dia bahkan hampir terbentur daun pintu jika Varen tak segera menyeimbangkan tubuhnya. Tubuh lemas itu kembali dijangkau. Varen mengembuskan napas pelan dan memutuskan untuk meraup tubuh sang wanita ke dalam gendongan.
"Kamu keras kepala banget," tutur Varen selagi membopongnya di kedua tangan. "Aku udah bilang, tiga shot vodka udah cukup bikin kamu nge-blank, apalagi enam. Sekarang bukan waktunya nolak-nolak bantuan orang."
Briana menggeliat pelan. Dia menggeleng dengan spontan.
"Aku bisa sendiri, nggak semuanya harus dibantu kamu," komentar sosok itu. "Aku jarang minum. Kamu jangan atur-atur."
"Mm, aku tau kamu bisa sendiri," jawab Varen netral, tak terpancing racauan negatif kekasihnya. Dia menurunkan Briana ke atas ranjang. "Itu kalau kamu nggak lagi mabuk, alright? Sekarang bukan saatnya."
Briana duduk di tepi ranjang. Varen menaruh tas tangan sang wanita di atas nakas. Dia membuka lemari sosok itu dan mengambil kaus berukuran besar yang biasa dijadikan baju tidur. Tubuh polos perempuan ini sudah dilihatnya. Takkan masalah jika dia sekalian membantunya mengganti pakaian.
Celana panjang ketat dan blouse tipis itu takkan nyaman digunakan untuk tidur, apalagi masih ada sisa aroma alkohol yang terbawa. Briana perlu melepas semua pakaian itu dan menggantinya dengan baju bersih. Varen hendak membantunya ketika Briana kembali menghentikannya.
"Nggak perlu," tukas Briana. "Kamu, keluar. Aku istirahat."
Suaranya serak dan mengalun pelan, tak seperti nada bicaranya yang biasa. Tangan Varen ditahannya, seolah dia tak ingin Varen bertindak lebih banyak lagi.
Reaksi tersebut membuat Varen makin bertanya-tanya. Dia melihat Briana yang ingin mendorongnya menjauh. Sesaat, dia hanya terdiam. Detik berikutnya, dia duduk menyamping, menghadap perempuan itu. Telapak tangan Briana digenggam, sementara dia menyelipkan uraian rambut yang menutupi sisi wajah Briana dan menangkup pipinya, memberi usapan pelan. Tindakan tersebut mau tidak mau membuat Briana bungkam. Dia balas menatap. Varen mengamatinya lamat-lamat.
"Besok mungkin kamu nggak akan inget percakapan ini. Tapi, let me know, ada apa?" tutur Varen, mengawali. Perilaku tak biasa Briana kentara sekali bukan tanpa alasan. Dia tahu, ada kejadian buruk di balik kondisi Briana yang sekarang. Rachel telah melakukan sesuatu. Dan Varen ingin mendengar langsung kelakuan Rachel dari mulut kekasihnya. "Kenapa kamu sampai mabuk-mabukan gini?"
Briana mengatupkan mulut rapat-rapat. Dia lalu menoleh ke arah lain, mengalihkan pandangan dari Varen.
"I'm sick being your girlfriend," ucapnya tanpa disangka-sangka, amat mengejutkan sosok yang duduk di hadapannya. "Jadi temanmu udah sering bikin aku terseret masalah. Aku nggak apa-apa semisal masalah itu cuma hal-hal kecil, tapi makin ke sini, orang yang nggak suka ke kamu makin melibatkanku yang bahkan nggak mengganggu hidup mereka. Why they need to drag me into this? Aku nggak punya bukti dari perilaku buruk mereka ke aku. Tapi, aku tau, masalah yang akhir-akhir ini menimpa SV itu karena kelakuan orang yang lagi marah ke kamu dan melampiaskannya ke aku."
Jika bukan karena dorongan alkohol, Briana takkan mengatakannya. Dia takkan mungkin menyampaikan keresahan terbesar yang mengganggunya. Berbeda dengan sekarang. Kehadiran Varen seolah nyata dan tidak nyata. Briana merasakan ringan yang luar biasa di kepalanya, kondisi yang mendorongnya untuk menyampaikan seluruh sesak dalam dada, tidak peduli efek dari tiap kata yang terucap dari mulutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/336846843-288-k728212.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound Together [END]
RomanceSahabat lelaki, bagi Briana, sosok bernama Varen Abimanyu hanyalah seorang sahabat lelaki yang dikenalkan oleh ibunya ketika dulu mereka masih kanak-kanak. Mereka tumbuh dan berkembang bersama, menyaksikan kejatuhan, perjuangan, dan pencapaian yang...