33 ; Batu Sandungan

6.9K 964 101
                                    

MUNGKIN, TAK SEHARUSNYA dia datang. Tak seharusnya dia muncul di acara yang sama ketika dia tahu bahwa Varen akan membawa perempuan lain dibanding dirinya.

Rachel ingin melihat lelaki itu. Obrolan terakhir mereka meninggalkan kenangan pahit. Dia tidak ingin terus berkonflik dengannya. Dia ingin mereka kembali bersama.

Peringatan yang ditujukan pada perusahaan Briana nyatanya belum menyadarkan Varen. Lelaki itu masih tidak peduli. Dia seolah ingin Rachel bertindak lebih nekat lagi. Tidakkah dia tahu, sejauh apa Rachel rela menjatuhkan orang lain demi mendapatkan keinginannya? Tidakkah dia khawatir jika perempuan jalang itu ikut terseret pada permasalahan mereka?

Tawa dan keakraban Briana di antara rekan kerja Varen tampak sangat buruk. Rachel menahan diri sepanjang acara, dia berusaha untuk tidak kelepasan kontrol dengan langsung menghampiri mereka guna memaki Briana di depan banyak orang.

Masih ada nama baik yang harus dijaga. Oleh karena itu, dia hanya diam selagi menunggu acara membosankan ini berakhir. Kalau saja ayahnya tidak berurusan dengan orang tua pengantin lelaki ini, dia akan langsung pulang. Dia tidak peduli pada pernikahan orang lain. Model lokal yang dinikahi lelaki itu juga tak memiliki nilai jual. Rachel takkan mendapatkan apa pun meski mereka saling mengenal.

"Paling nggak, dimakan jamuannya. Jangan kayak orang yang nggak punya etika," tutur seorang pria berambut tipis yang duduk di sampingnya. Dia sedang membuka-buka majalah, melihat potret pengantin perempuan yang merupakan seorang model pakaian dalam. "Jaga nama keluarga. Jangan gampang kepancing cuma karena ngejar-ngejar laki yang nggak seberapa, murahan banget lo," tambahnya selagi masih mematrikan pandangan pada majalah.

Rachel melirik kakak sepupunya dengan jijik.

"Jaga mulut kamu. Mendingan aku yang bersikap sopan, daripada kamu yang sengaja lihat majalah porno dari model yang sekarang jadi pengantin perempuan. Mau cari sensasi?"

Pria itu menoleh. Dia mendengkus kasar.

"Yang bikin sensasi itu elo, Chel. Gue baca ini nggak merugikan orang lain."

"Merugikan nama keluarga," tandas Rachel. "Pantesan Om Djuanda belum mengangkat kamu jadi direktur Kardinal Agro, kelakuanmu masih bocah begini. Kenapa kamu nggak urus aja tuh istrimu yang mau cerai? Mau aku carikan kenalan model yang seksi buat jadi mainan barumu?"

Alih-alih tersinggung, lelaki itu menaikkan alis.

"Ada berapa orang?"

"Lima, semua anak baru. Sembilan belas tahun."

Seringaian menghiasi bibir. Dia menutup majalah yang dilihatnya.

"Kirim fotonya ke gue. Kalau ada yang oke, baru gue kasih tip ke lo."

Rachel menatapnya jijik, tetapi dia tetap membuka ponsel dan mengirimkan beberapa file foto pada si kakak sepupu.

Ketika sosok itu bersiul, Rachel memutar mata dengan gerah. Dia hendak mencicip minuman ketika melihat Briana yang baru saja menaiki tangga, ingin beranjak ke lantai dua.

Tak seperti beberapa saat lalu, Briana tak lagi ditemani Varen. Dia sedang sendirian, sementara Varen tengah berbincang dengan kenalan yang setahu Rachel memiliki ketertarikan untuk menanam saham di perusahaan cabang E-merce. Ketiadaan sang lelaki membuat Rachel tergoda untuk menemui Briana, dia ingin memancingnya membicarakan nasib StarView yang sedang dikritik habis-habisan.

Dia mencoba mencicip makanan demi terlihat sopan. Selang beberapa saat, dia beranjak ke atas, sekaligus ingin menghampiri kamar mandi untuk kembali mematut riasan wajah. Dia ingin menemui Briana dengan penampilan terbaik supaya sosok itu sadar diri dan mau mundur dengan sukarela.

Bound Together [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang