20 ; Orang Lain

5.9K 924 61
                                    

SATU PERMASALAHAN TELAH rampung, kini saatnya permasalahan lain muncul.

Perjalanan syuting nyatanya tidak semulus yang diidam-idamkan. Briana telah menggarap lebih dari sepuluh film. Hampir dari sepuluh film tersebut memiliki kendala di tengah proses pengambilan adegan. Mulai dari cuaca yang kurang mendukung, konstruksi set yang rusak, lokasi syuting yang mendadak harus diganti, serta berbagai kendala lain.

Oleh karena itu, dia tak lagi terkejut ketika kembali mendapatkan laporan bahwa mereka harus menunda perekaman adegan karena sebuah masalah. Jika kemarin mereka perlu mengubah skema adegan aksi demi keselamatan aktris, kini mereka harus menunda syuting sebuah adegan karena properti yang kurang.

Mereka baru menyelesaikan syuting di minggu kedua ketika salah satu kru properti memberi tahu kendala baru mereka.

"Setting tampilan komputer yang dibuat Bang Jimmy nggak cukup buat kasih penggambaran menyeluruh untuk scene-nya Rangga. Endra sama Liya tadi udah diskusi mengenai naskah. Kalau di naskah itu, scene-nya Rangga cuma ditulis tentang dia yang lagi nge-hack sistem keamanan cyber dari instansi pemerintah. Kita di sana nggak kasih detail penjelasannya, kan. Endra sempat kebagian ngarahin adegan ini, tapi hasil akhirnya jelek dan kurang realistis kalau bagian shoot monitornya cuma kelihatan sekali dua kali. Feel-nya beneran kurang dapet," jelas seorang kru lelaki itu padanya.

"Jadi, kita perlu panggil Bang Jimmy lagi buat bikin setting komputer yang lain?" Briana balik bertanya.

Lelaki seumuran Rama itu mengangguk.

"Iya, kita perlu ahli IT buat melengkapi properti, juga buat kasih briefing ulang tentang proses hacking. Rangga, kan, aktor baru. Kata Endra, dia perlu dikasih penjelasan ulang semisal kita nambahin detail adegan baru ini. Apalagi background pendidikan dia juga bukan tentang teknologi informasi. Kita perlu bantuan Bang Jimmy lagi, tapi masalahnya sekarang dia lagi di New York."

Briana melipat tangan di depan dada. Dia mengangguk.

"Iya, gue udah denger dia lagi ngabisin kontrak kerja di sana. Cutinya udah abis." Dia melirik pada rekan kerjanya itu. "Lo udah menghubungi dia? Minta rekomendasi temennya yang sama-sama anak IT misal?"

Sosok itu mengangguk.

"Udah. Kami dikasih lima kontak langsung, semuanya juga udah dihubungi. Hasilnya nihil. Mereka nggak nerima penawaran karena kelewat sibuk. Semuanya kerja di perusahaan asing, Bri. Insentif dari kita mungkin kurang tinggi," tambahnya selagi meringis.

Briana tahu betul, pendapatan seorang ahli teknologi di masa sekarang memang sangat menjanjikan. Dia tertawa pendek.

"Iya juga. Tapi, nggak mungkin semisal kita naikin budget. Alokasinya udah sangat pas, nggak bisa diubah-ubah lagi."

"Nah, kan. Gue yakin bakal gini kondisinya. Kalau gitu, palingan kita harus menunda syuting buat adegan ini sampai kita dapat pengganti Bang Jimmy. Tim properti masih nyari orang yang pas, maksimal bisa sampai tiga mingguan."

Briana mengerutkan kening.

"Nggak bisa lebih cepet, Fan?"

"Bisa, semisal kita beruntung, orang yang dihubungi langsung menerima tawaran kita," balas Irfan seketika. "Lo tau sendiri seberapa susah nyari pakar kayak gini. Kecuali kalau lo udah ada kenalan."

Briana terdiam sesaat. Dia memperhatikan kru lain yang sedang membereskan properti dan peralatan syuting yang telah selesai digunakan.

Nama seseorang langsung menghampiri benaknya.

"Ahli IT?" gumam Briana.

Irfan mengangguk.

"Iya, tapi yang all rounded dan tau pengetahuan tentang cyber security atau apalah itu, gue nggak tau istilahnya. Jadi, kalau kata Bang Jimmy, bukan orang yang cuma developer biasa." Lelaki bernama Irfan itu mengembuskan napas panjang. "Susah banget asli, buat cari orang selevel dia. Bang Jimmy itu udah jackpot banget karena anak tim gue ada yang kenal dia."

Bound Together [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang