62 ; Sisa Waktu

6.5K 719 47
                                    

DUA BULAN TERAKHIR ini hidupnya membaik, meski bukan berarti dulu hidupnya terbilang buruk—tidak, sama sekali tidak. Briana mengakui bahwa dia memiliki cukup banyak privilese untuk menjalani hidup dengan nyaman. Lika-liku dunia karier dan masalah percintaanlah yang selama ini menjadi sekelumit rintangan di hidupnya. Briana mencoba menyederhanakan berbagai kesulitan yang dihadapi guna memudahkannya bersyukur.

Oleh karena itu, dia teramat lega ketika proses produksi film aksinya rampung, diikuti dengan perilisan film yang terbilang lancar dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Ulasan yang diberikan para reviewer film sangatlah positif. Opini mereka memantik rasa penasaran calon penonton. Mereka yang memang sudah berniat untuk menonton, jadi semakin tertarik. Mereka yang ragu dengan kualitas film aksi lokal, pada akhirnya yakin untuk mencoba.

Dalam tiga hari pertama penayangan, jumlah tiket bioskop yang terjual sudah mencapai empat ratus ribu buah. Angka ini terbilang cukup besar untuk ukuran penonton dengan genre aksi. Perkembangan itu membuat pihak bioskop bersedia untuk mempertahankan penayangan film selama satu minggu. Jika jumlah penontonnya masih terus naik, Misi Terakhir Letnan kemungkinan bisa tayang selama dua pekan atau lebih.

Briana amat berterima kasih pada seluruh kru dan rekan-rekan yang telah membantu produksi serta promosi film ini. Suasana hatinya sedang sangat bagus. Apalagi, ketika dia mendapat kabar dari Varen mengenai Rachel yang sudah tak lagi tinggal di Jakarta.

Berdasarkan informasi terbaru yang disampaikan Edward, adik bungsu pria itu sudah meninggalkan Indonesia untuk kembali ke London. Edward telah memenuhi keinginan Varen seperti perjanjian mereka. Kepergian si bungsu Sambara turut mengurangi beban di pundak Briana.

Dia lega, teramat lega. Jarak yang merentang memang tidak menjamin sosok itu untuk benar-benar angkat tangan. Namun, dari penjelasan Edward pada Varen, Briana yakin bahwa Rachel tidak akan menyabotase hidup mereka lagi.

Rachel memang masih menyimpan kebencian. Walau begitu, dia takkan bertindak apa pun untuk menyalurkan rasa bencinya. Kondisi tersebut sudah cukup bagi Briana. Bukan hanya karena dia tidak ingin mengotori tangannya untuk membalas kelakuan buruk Rachel. Namun, juga karena dia dan Varen telah sepakat, mereka hanya akan membalas Rachel ketika perempuan itu kukuh untuk tetap mengganggu mereka.

Briana tidak mau membuang-buang tenaga untuk hal negatif.

Dia ingin berfokus pada dirinya sendiri.

Apalagi, dua minggu lalu, orang tuanya sudah mengetahui status hubungannya dengan Varen. Tak hanya itu, mereka juga tahu bahwa dia dan Varen tinggal di satu atap yang sama.

Briana ingat ekspresi kesal ayahnya ketika tahu hal ini. Raut wajah sang ayah terlihat sangat masam sepanjang acara makan malam. Briana menahan ringis. Dia bahkan penasaran, bagaimana bisa Varen terlihat begitu tenang ketika menghadapi tatapan tajam ayahnya dan juga berbagai pertanyaan menyudutkan yang terdengar seperti interogasi.

Jika sosok yang datang bersamanya adalah orang lain, mereka pasti sudah ikut gugup dengan seluruh reaksi dan tindakan ayahnya. Bagaimanapun juga, orang normal pasti memiliki alarm tanda bahaya di kepala mereka. Sesuatu semacam itu mungkin tidak dimiliki Varen. Sinyal tanda bahaya di kepala Varen mungkin sudah tidak berfungsi. Sosok itu mungkin terlalu menikmati adrenalin sampai tidak mengenal perasaan cemas.

Apa pun alasannya, Briana cukup lega karena Varen berhasil menghadapi antipati ayahnya dengan baik. Kemarahan sang ayah bisa diredam Varen begitu dia meyakinkan keseriusannya dalam menjalin hubungan dengan Briana. Varen menceritakan kedekatan mereka sejak kecil dan juga menuturkan kerelaannya untuk kembali ke Jakarta hanya untuk Briana.

Caranya menceritakan seluruh hal itu benar-benar membuat Briana malu. Dia tahu bahwa Varen pandai berkata-kata. Dia ahli dalam mempersuasi. Namun, perkataannya mengenai Briana membuat Briana ingin menutup wajah dan meninggalkan ruang makan saking malunya.

Bound Together [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang