BERKONFLIK DENGAN ORANG lain nyatanya jauh lebih sederhana dibanding berkonflik dengan diri sendiri.
Selama dua puluh sembilan tahun hidup, Briana sangat jarang mempertanyakan keputusan yang ingin dia buat. Perencanaannya terhadap suatu target selalu rapi. Keputusan yang dia ambil selalu sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai. Briana senang merencanakan sesuatu dari jauh-jauh hari. Dia butuh persiapan matang sebelum benar-benar bertindak.
Jalan karier yang ditempuh, hobi yang sejak kecil digeluti, gelar pendidikan yang didapat ... semuanya didasarkan pada tujuan untuk mencapai keinginan terbesarnya, menciptakan karya terbaik yang berpotensi mendapat pengakuan audiens internasional. Misalkan saja agenda untuk membuat rumah produksi. Dulu, dia perlu menghadapi dunia produksi film yang sulit ditembus untuk memupuk keberanian guna membuka label produksi filmnya sendiri.
Dari semua rangkaian rencana hidup, membangun sebuah hubungan romansa masuk dalam rencana jangka panjang. Dia memang ingin menikah dan berkeluarga. Hanya saja, rencana itu sempat rusak setahun yang lalu ketika Rama membuatnya menyudahi hubungan mereka. Briana benar-benar menyayangkan ini. Rentang waktu tujuh tahun akan sangat berharga jika Rama menyudahi hubungan mereka lebih awal, dengan begitu dia bisa mencari pasangan lain yang lebih potensial.
Waktu yang dihabiskan tak terbuang terlalu lama.
Nyatanya, tak semua kejadian hidup bisa terus-terusan direncanakan. Briana kecolongan. Kini dia harus menyisihkan urusan romansa agar dapat kembali berfokus untuk mewujudkan mimpinya. Misalkan saja sekarang, film terbaik yang pernah digarapnya sudah mulai memenangkan banyak perlombaan mancanegara. Dia juga sedang mendaftarkan karyanya pada seleksi nasional dari ajang film bergengsi di dunia.
Briana tinggal menunggu hasil. Dia hanya memerlukan sedikit waktu lagi sebelum membuat perencanaan ulang mengenai urusan pasangan.
Sampai kemudian, variabel tak terduga kembali menjajah dunianya dan kini membuatnya pusing tidak karuan.
Varen adalah variabel tak terduga itu. Dia merecoki rencana yang sudah dibuat Briana dan memaksanya untuk segera memikirkan masalah romansa ketika dia sedang tidak berencana untuk memikirkannya. Lelaki itu seperti badai yang membuat rumah nyamannya berantakan. Briana dipaksa untuk kembali meninjau arti hubungan mereka. Posisi sahabat yang selama ini Briana sematkan pada diri Varen juga mulai buram akibat perilaku sosok itu.
Briana sangat terencana. Dia belum menyiapkan diri untuk menghadapi badai yang dibuat sang lelaki.
Dengan wataknya yang dari dulu memang seperti ini, bukan salahnya jika dia kesulitan menghadapi Varen yang bertindak dengan sangat tidak terduga. Lelaki itu bagaikan enigma dan Briana tidak menyukainya, dia tak suka pada sesuatu yang tidak bisa ditebak.
Saat ini, ada takut yang mencengkeram dada. Kekhawatiran jika pribadi seseorang bisa berubah ketika hubungan mereka telah berubah.
Varen sebagai teman mungkin akan berbeda dengan Varen sebagai pasangan. Sepasang teman bisa mempertahankan hubungan yang lama karena mereka berteman. Namun, mereka belum tentu bisa mempertahankan hubungan itu jika menjadi sepasang kekasih.
Kekhawatiran tersebut membuatnya kembali menjaga jarak dari Varen. Dia mengurangi frekuensi pertemuan mereka dengan kembali menyibukkan diri pada proses penyelesaian syuting.
Tiga hari sejak kejadian menghadiri acara pernikahan, mereka belum kembali bicara. Briana menghilang dan dia tahu bahwa Varen kesal padanya. Pria itu tak berusaha untuk membujuk ataupun memohon. Dia membiarkannya bertindak seperti ini. Perilakunya membuat Briana merasa bersalah. Varen seolah sudah lelah. Briana memahami posisinya sehingga siang tadi dia berencana untuk paling tidak menyampaikan keresahan yang dia rasakan pada Varen.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bound Together [END]
RomanceSahabat lelaki, bagi Briana, sosok bernama Varen Abimanyu hanyalah seorang sahabat lelaki yang dikenalkan oleh ibunya ketika dulu mereka masih kanak-kanak. Mereka tumbuh dan berkembang bersama, menyaksikan kejatuhan, perjuangan, dan pencapaian yang...