Bound Together [END]

58 ; Tempat Pulang

PESAN SINGKAT BERISI kabar di lapangan berhasil menorehkan senyum di bibir Varen. Alunan musik khas kafe terdengar ringan di telinga. Sejuk pendingin ruangan terasa lebih segar dari biasa. Varen mengambil gelas minumnya dan menyesap racikan kopi yang beberapa saat lalu dia pesan. Dia sedikit meredakan dahaga sebelum kembali mengetikkan balasan.

Begitu membalas Dipa, Varen segera mencari nomor kontak lain. Dia menghubungi Sagala melalui pesan singkat. Isi pesan itu cukup pendek, dia memberi tahu bahwa 'pertunjukan' telah usai dan kini giliran Gala yang perlu memanfaatkan hasil dari pertunjukan itu.

Sesuai rencana, setelah mereka menguak perizinan ilegal yang dilakukan Kardinal Agro, Gala akan mendesak rekan-rekan lain dan juga ketua proyek untuk mengeluarkan mereka dari jejeran tim. Blunder besar Kardinal Agro dapat berimbas pada nama baik perusahaan sawit lain dan juga pemerintah. Varen meminta Gala untuk membujuk para pengusaha agar mau menyingkirkan perusahaan rival itu. Bidang bisnis yang sama mengharuskan mereka untuk saling berkompetisi. Sama seperti Gala, pengusaha lain akan turut diuntungkan jika salah satu kompetitor terbesar ikut tersingkir.

Varen telah memikirkan berbagai faktor yang dapat menyukseskan rencananya. Secara logika, dia memiliki peluang yang cukup besar untuk membujuk para pengusaha. Yang dia perlukan hanyalah orang yang pandai bernegosiasi dan mempersuasi. Dari berbagai orang yang bisa diandalkan, dia memilih Gala. Kehadiran Gala akan memperbesar peluang keberhasilannya. Dengan seluruh persiapan itu, dia yakin Kardinal Agro akan mengalami cukup banyak kerugian.

Kerugian tersebut nantinya dapat Varen jadikan peringatan untuk Keluarga Sambara, khususnya Rachel dan juga kakaknya, Edward.

Kemarahan keluarga besar akan memaksa Rachel berhenti bertindak semena-mena. Di saat yang sama, Varen juga dapat menekan anggota dewan untuk segera mengeluarkan perizinan pendirian perusahaan cabangnya. Hasil dari langkah ini akan memberi keuntungan besar. Varen tidak sabar menunggu kabar lanjutan itu.

Rasa puas masih memenuhi dada. Dia segera beranjak dari kafe begitu selesai merampungkan urusan mendadak ini. Kembali mengarungi jalan raya yang teramat padat akan sangat menguras kesabaran. Namun, dia sudah terlanjur menjanjikan makan siang bersama kawan sang ayah. Masih ada pekerjaan yang perlu diselesaikan.

oOo

Briana kembali ke apartemen lebih awal dari biasa. Alih-alih pulang malam, sore ini dia sudah tiba di apartemen dengan membawa beberapa kantong belanjaan. Memasuki akhir bulan, persediaan bahan makanan mereka sudah mulai menipis. Bulan lalu, Varen sempat menemaninya untuk membeli semua keperluan ini. Namun, beberapa minggu terakhir dia dan Varen sedang sama-sama sibuk. Dia memilih untuk belanja sendiri daripada harus menunggu Varen memiliki waktu luang.

Sesuatu mengenai E-Merce dan Mandala membuat Varen sering menghabiskan waktu di kantor. Varen memang belum menceritakan secara lengkap mengenai hal yang sedang dikerjakan. Walaupun begitu, Briana tahu, kekasihnya ini sedang menjalankan sesuatu yang cukup berisiko. Dimulai dari pemberitaan miring yang penuh kontroversi, kemudian rapat besar Mandala yang membuat Briana makin bertanya-tanya. Untuk keperluan apa Varen mengikuti rapat besar itu? Sejak kapan pula Varen memiliki akses untuk mengikuti rapat internal perusahaan keluarganya?

Ada banyak pertanyaan yang ingin Briana sampaikan, apalagi mereka belum sempat mengobrol banyak—terima kasih untuk batu sandungan yang sempat merenggangkan hubungan mereka.

Membawa barang belanjaan ke dapur, Briana menatanya di dalam pantri dan lemari pendingin. Dia kembali ke kamar dan kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, barulah dia menghampiri dapur lagi. Kesibukan kerja benar-benar menghalanginya untuk memasak. Selama ini, dia selalu memesan makanan di luar. Dapur apartemen sangat jarang digunakan. Untuk itulah sekarang Briana menyempatkan diri untuk kembali menggunakan fasilitas tersebut.