45 ; Pemantik

7K 928 39
                                    

SEMINGGU SUDAH SEJAK Briana mengikuti Varen untuk menghadiri acara milik Dikara Group. Selama rentang waktu itu, Briana menjalankan rutinitasnya yang biasa. Dia bekerja seperti sedia kala dan tidak terlibat langsung dengan rencana entah apa yang sedang disiapkan Varen untuk mengatasi kendala perizinan perusahaannya. Mengikuti jalan pikiran Varen cukup menguras tenaga. Briana lebih senang memantau selagi menimbang-nimbang tindakan apa yang sekiranya telah dilakukan sang pria.

Perwujudan dari tindakan itu mulai dia lihat hari ini. Orang-orang mungkin takkan mengetahui makna di balik pemberitaan yang sekarang sedang tayang di ruang rekreasi mereka. Bella bahkan tidak memahaminya. Dalam ruangan itu, sosok yang mengetahui asal muasal dari pemberitaan panas yang menyerang kelompok pengusaha sawit hanyalah Briana.

Hanya Briana yang tak terkejut atau bingung dengan pengangkatan isu kebakaran hutan yang amat tiba-tiba.

"Gue nggak tau ternyata sampai sekarang musibah kebakaran hutan masih ada," komentar Sasha, salah satu pegawai kantor mereka. "Kebakaran paling besar itu terjadi tahun 2015 itu, kan? Sama 2019 yang di Riau. Beritanya udah lumayan lama, tapi tiba-tiba diangkat lagi?"

"Pasti masih ada. Beritanya aja yang nggak digembar-gemborkan, baru sekarang ada yang bahas lagi. Aktivis lingkungan mungkin mulai gerah sama kelakuan mafia," komentar Fajar, salah satu direksi utama di rumah produksi ini. "Illegal logging nggak akan ada habisnya. Korporasi yang bakar-bakar hutan buat penanaman komoditi juga. Ada banyak alasan. Gue nggak heran, sih, kalau ada yang mengkritisi peristiwa ini lagi."

Ada pegawai lain yang ikut bergabung ke ruang rekreasi. Dia baru saja membuat kopi hitam dan segera duduk di salah satu bangku.

"Mengkritisi doang kalau nggak ada dampaknya buat apa?" timpal Agung, sosok yang menjabat sebagai Head of Development StarView. "Petinggi yang dikritik nggak akan berubah. Hasilnya gitu-gitu aja. Kita coba tunggu sampai bulan depan, beritanya pasti kegeser sama gosip perselingkuhan artis."

Fajar menoleh, dia tergelak ketika mendengar penuturan rekan kerjanya.

"Seenggaknya ada yang mau berusaha buat ngangkat berita ini lagi, meski kita nggak tau kepentingan aslinya apa." Dia berdiri dan membawa wadah bekas makanan. "Gue lihat tadi padi di Twitter udah rame. Berita yang muncul dari sana biasanya ada potensi buat ditangani."

"Kalau yang ngangkat berita itu cuma orang biasa mah dikasih duit tutup mulut juga bakal langsung bungkam," timpal Agung lagi. "Kecuali kalau orang itu juga ada back up orang gede, baru ada harapan." Agung menyesap kopi hitamnya. Dia masih mengamati pemberitaan yang ditayangkan pada layar televisi kantor. "Good luck aja deh buat aktivis lingkungan."

Briana kini menoleh pada rekan kerjanya itu. Dia ikut menimbrung.

"Di medsos udah seramai apa emang?"

Agung menaikkan alis. Dia menunjuk ponselnya.

"Pecah, Bri. Udah trending dari dua hari kemarin. Mereka yang ngangkat berita ini kayaknya paham algoritma, deh. Respons orang-orang banyak banget. Gue sempat baca artikel utamanya. Dan bahasa yang dipakai emang cukup provokatif, kayak nggak takut bakal diciduk pejabat."

Sasha, sosok yang sempat mengomentari, ikut membalas juga. Dia mengangguk mantap.

"Setuju, Bang. Gue udah baca juga dan seru." Dia tertawa. "Fakta yang dilampirkan sangat meyakinkan, datanya langsung dari situs yang mungkin nggak akan bisa kita buka. Mulai dari total kerugian yang sebenarnya, adanya praktik gelap yang dicurigai melibatkan korporasi, tapi nggak ditindak tegas negara. Wah, wah, mojokin abis. Gue kalau jadi pihak yang dikritik bakal langsung ciut, sih."

"Lucunya lagi," tambah Agung. "Laman website-nya nggak bisa ditelusuri. Beberapa kali website artikelnya udah nge-down dan nggak bisa diakses karena kena blokir. Tapi, selalu muncul alamat artikel yang baru, kayak nggak ada abisnya." Agung terkekeh pelan. "Makanya gue agak ragu itu beneran aktivis atau orang yang cuma mau nge-troll? Persisten banget, seolah nunjukkin kalau dia emang nggak takut ditangkap. Padahal, kita udah ada UU ITE yang siap mengkriminalisasi kritikus semacam ini."

Bound Together [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang