31 ; Keterlibatan

6.4K 981 48
                                    

VIDEO WAWANCARA VANYA dan Samuel telah diunggah siang tadi. Obrolan ringan mereka mengenai rumor yang menerpa agensi StarView langsung mendapat banyak sorotan. Hanya dalam kurun waktu tujuh jam saja, jumlah penonton video sudah mencapai angka lima ratus ribu.

Rumor negatif mengenai StarView benar-benar sedang menjadi perbincangan. Briana perlu berterima kasih pada Vanya karena sudah mau mengangkat permasalahan ini sebagai topik konten yang dibuatnya. Pengemasan video Vanya sangat apik dan menarik. Dia juga terlihat cocok mengisi acara dengan Samuel sehingga dua video berdurasi tiga puluh menit itu mengalir dengan baik.

Lampu merah lalu lintas telah berganti menjadi hijau. Mobil yang dikendarai Briana kembali melaju di jalan raya. Dia menghentikan putaran video ketika mendengar Varen, yang sedang menyetir di sebelahnya, bertanya, "Gimana reaksi orang-orang? Udah lebih baik?"

Briana menggulir layar ponsel untuk membaca unggahan komentar.

"Lumayan," ungkap Briana. "Komentar positif udah mulai kelihatan, meski tetep ada yang mancing debat kusir, bilang kalau semuanya cuma setting-an. Sekarang jadi muncul asumsi baru, SV sengaja bikin sensasi biar film barunya ramai." Briana menggeleng pelan. "Orang-orang ini tingkahnya cukup ajaib. Mereka seolah tahu segala hal di balik layar."

Varen tertawa pelan.

"Well, nggak semua orang mau menerima fakta. Mereka mempercayai hal yang mau mereka percaya. Kalau faktanya beda dari ekspektasi mereka, mereka bakal menolak fakta itu."

Briana menyandarkan diri pada punggung kursi. Dia menatap lampu-lampu jalan yang menyinari malam ibu kota.

"Yah, mau gimana lagi. Gosip semacam ini nggak bisa hilang begitu aja. Kami tetap perlu waktu biar rumornya mereda. Setelah Rachel keluar dari SV, mungkin berita kayak gini baru bisa turun."

Varen melirik Briana, memperhatikan ekspresi lelah yang menghiasi paras cantiknya. Riasan wajah perempuan ini terlihat memukau, apalagi dengan gaun brokat berlengan transparan yang dipakainya. Varen tidak senang melihat Briana yang tampak muram.

"Selagi kalian memang nggak salah, gosip murahan gini bakal kebawa arus, orang-orang bakal lupa."

Briana mengembuskan napas pelan, masih belum bersemangat.

"I guess so."

Varen memperhatikan jalan raya selagi mengerling pada Briana. Dia tersenyum dengan meledek.

"Ayo, dong, optimis dikit. Kita mau kondangan ke nikahan orang. Emangnya lo mau vibes mendung lo nyantol ke mempelainya? Nanti gue yang didamprat."

Briana mendengkus pelan.

"Nggak apa-apa, kan lo yang kena marah." Dia balas melirik pada pria di sampingnya. "Sesekali lo yang jadi tameng gue."

Varen menatap dengan terhibur.

"Padahal selama ini juga gue udah jadi tameng. Tiap kita kena masalah, cuma gue yang dapat hukuman. Lo mah bebas-bebas aja dengan titel siswa teladan."

"Karena gue memang teladan."

"Anak teladan nggak ikut-ikutan dagang soal prediksi ujian yang formula soalnya dicuri dari jaringan internet sekolah."

Briana mengingat masa-masa itu, saat ketika dia mau-mau saja terlibat dengan berbagai kenakalan yang dilakukan Varen. Awalnya memang karena cukup terpaksa. Akan tetapi, lama-lama dia diuntungkan juga.

Muram di wajahnya kini meluruh. Dia tertawa pelan.

"Good old days," balasnya. Dia tersenyum samar. "Masa-masa sekolah gue jadi nggak begitu datar."

Bound Together [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang