15 ; Kesibukan

7.9K 1K 35
                                    

STARVIEW CREATOR AGENCY merupakan subunit perusahaan StarView Picture yang baru didirikan dua tahun lalu, usia yang masih terbilang muda untuk ukuran sebuah agensi. Pembentukan agensi kreator ini didasarkan pada berkembangnya industri kreatif dalam bidang pembuatan konten, khususnya konten video yang dipublikasikan pada platform Youtube. Briana mengambil peluang ini untuk memperluas bidang yang dikelola StarView Picture.

Sebagai subunit perusahaan baru, dia merasa harus berhati-hati dalam mengurus label agensi ini. Dia tidak boleh gegabah dengan langsung menolak ataupun menerima tiap tawaran yang diajukan oleh para kreator, salah satu di antaranya adalah tawaran yang diajukan Rachel Sambara.

Masukan Varen mengenai Rachel sudah dia terima. Kini, dia hanya perlu menunggu hasil wawancara Cindy dengan si calon talent, sebelum kemudian mendiskusikannya dengan anggota tim yang lain. Wacana ini sudah bercokol di kepalanya sejak tiga hari lalu. Padahal, sekarang dia sedang disibukkan oleh syuting perdana proyek film terbaru mereka.

Seruan seseorang memecah lamunan Briana mengenai Rachel Sambara. Dia menoleh, mendapati kameramen sekaligus staf editor yang memintanya mendekat. Briana menutup botol air mineral di tangannya. Dia beranjak mendekati Ade, sosok yang tadi memanggilnya.

Ade bergeser dari tempat duduk. Dia memberi Briana ruang untuk melihat layar kamera sekaligus layar laptopnya.

"Ini hasil take original-nya, scene upacara penerimaan," awal Ade, memberi laporan. "Sedangkan ini hasil sample editan kasar, sequence adegan awal yang tadi pagi kita ambil, udah sekalian dikasih tone film yang lo maksud."

Briana memperhatikan putaran video dari layar laptop, melihat hasil editan kasar yang dimaksud.

"Gimana? Tone film yang lo maksud ini udah bener?" tanya Ade lagi.

Briana memutar video itu lagi, memperhatikannya dengan lebih seksama.

Dia mengangguk.

"Nice, udah sesuai. Kesan nostalgia sama flashback-nya udah dapet."

Ade mengangguk. Dia mengambil botol air mineral miliknya, lalu mulai meminum untuk meredakan dahaga.

"Edit ginian nanti gue lanjut sambil jalan kalau anak editor lain udah pada gabung," terangnya. Dia memandang setting film di hadapannya, ruang aula yang beberapa saat lalu dipenuhi banyak orang guna mengambil adegan upacara penerimaan. "Mau lanjut take sekarang?"

Briana melihat ke sekitar, mendapati rekan kerjanya yang tengah berlalu lalang. Ada penata busana yang sibuk mencari pengganti kostum yang sempat terkena tumpahan minuman, ada staf kameramen yang masih menghabiskan makan malam, ada beberapa pemeran pembantu yang tengah mempraktikkan dialog adegan mereka, ada pula aktor dan aktris utama yang baru memesan makan malam.

"Satu jam lagi," tutur Briana pada akhirnya. Dia mengedikkan dagu pada nasi kotak milik Ade yang belum tersentuh. "Lo sekalian makan malam dulu, biar nggak tepar."

Ade, pria berambut keriting dengan perawakan kurus tinggi, terkekeh. Dia merogoh saku untuk mengambil bungkus rokok.

"Asal bisa nyebat gue mah, semua aman terkendali."

Briana menggeleng pelan, benar-benar tidak habis pikir.

"Makan malam dulu, biar bini lo nggak marah-marah," balas Briana. Dia mengedikkan dagu ke arah deretan kamera utama di depan mereka. "Gue masih butuh bantuan lo, Bang. Pegel gue kalau harus nge-take adegan sendiri."

Ade telah menyulut gulungan tembakau miliknya. Dia mengisap dan mengembuskannya perlahan.

"Tenang, masih hari pertama. Gue nggak bakal tumbang." Dia menyengir lebar dan menunjuk Briana, ada batang rokok di sela jemarinya. "Lo tambah honor gue aja kalau mau sewa gue pas lagi teler."

Bound Together [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang