64 ; Berlabuh

12.6K 816 86
                                    

PERJALANAN PANJANG BUKANLAH hal baru bagi Briana. Bekerja sebagai sutradara dan penulis film seringkali mengharuskannya melakukan survei lokasi syuting di berbagai tempat, entah itu di Indonesia maupun luar negeri. Kondisi tersebut membuatnya terbiasa untuk bepergian jauh, walau dia tidak memungkiri rasa lelah yang datang tiap kali melakukan perjalanan itu, sama seperti sekarang.

Penerbangan dari Jakarta menuju Paris memakan waktu lebih dari dua puluh jam. Briana menghabiskan cukup banyak waktu untuk tidur dan merampungkan pekerjaan di laptopnya. Namun, ruang dan tempat duduk yang terbatas tetap membuatnya lelah. Dia merasakan sepercik kebebasan begitu keluar dari pesawat dan menjajakkan kaki di bandara. Antusiasme untuk bertemu Varen bahkan sedikit terlupakan berkat rasa lega itu. Dia baru kembali merasakannya setelah mendapat pesan singkat dari sang pria.

Melalui pesan singkat, Varen menanyakan keberadaannya. Briana segera membalas, kemudian lanjut berjalan selagi mengedarkan pandangan untuk mencari wajah yang familier.

Lalu-lalang orang cukup menyulitkannya untuk menemukan Varen. Dia mengembuskan napas pendek dan kembali membuka ponsel untuk menghubungi Varen. Bertepatan dengan momen itu, ada langkah yang mendekat dari belakang. Selang beberapa saat, ada seseorang bersuara berat yang bertanya menggunakan Bahasa Perancis.

"Madam yang cantik, ada yang bisa kubantu? Kau kelihatan tersesat di tempat ramai ini. Aku akan dengan senang hati membantumu."

Briana mengerjap dengan spontan. Dia mengalihkan pandangan dari ponsel guna menoleh ke belakang.

Sosok jangkung dengan wajah familier berdiri menjulang di hadapannya. Rambut gelap itu masih terlihat panjang. Tak seperti enam bulan lalu, bekas tindik di telinga kirinya tidak lagi kosong, tetapi telah diisi dengan tindikan telinga berwarna gelap yang terlihat maskulin.

Pakaian musim dingin berupa mantel panjang dan syal rajut melingkari lehernya.

Briana tak bisa mengenyahkan gurat senyum ketika melihat binar bercanda yang terpancar di mata sang pria.

"Varen!" seru Briana dengan segera. Dia melepas pegangannya dari koper, kemudian melangkah mendekat dan sedikit berjinjit untuk melemparkan pelukan pada sosok itu. "Kamu kedengeran beda waktu ngomong Bahasa Perancis. Aku kira tadi siapa."

Harum manis yang dikenali segera menyeruak memenuhi indra pencium Varen. Dia refleks melingkarkan tangan pada pinggang dan punggung perempuan itu.

Tubuh sang wanita sedikit terangkat saat dia balas merengkuhnya. Hangat tubuh yang melingkupi menciptakan buncahan menyenangkan dalam dada. Dia menyurukkan diri pada perpotongan leher sang wanita, menariknya mendekat, dan sedikit merenggangkan jarak ketika hendak memberi cumbuan di bibir yang sudah lama dirindukan.

Briana sedikit terkesiap saat lembut bibir sang pria menghampiri miliknya. Dia refleks mengalungkan tangan di leher sosok itu, memejamkan mata selagi merasakan lumatan pelan yang datang.

Varen sama sekali tidak segan mencicip ranum bibir sang kekasih. Dia menangkup rahang Briana, memiringkan kepala selagi merasakan tekstur lembut yang sering menjajah kepalanya, meneror dan membuatnya mendamba karena sudah kembali ingin merasakan ciuman.

Rasa sang wanita kembali terpatri dalam ingatan.

Varen menarik pinggang Briana mendekat untuk memperdalam cumbuan, mencicip indra perasa yang menggelitik mulutnya.

Napas Briana sedikit memburu. Dan kala itu, dia ingat bahwa mereka baru bertemu, bahwa mereka masih berada di area bandara, bahwa masih ada banyak orang yang berlalu-lalang di sekitarnya-meski kemungkinan besar orang-orang itu tidak peduli karena sudah sering menyaksikan pemandangan semacam ini, tidak seperti kondisi di negara asalnya.

Bound Together [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang