MINGGU PERTAMA PEREKAMAN film berjalan dengan lancar. Masalah teknis seperti cuaca yang kurang mendukung pengambilan adegan memang ada. Namun, Briana dan para kru sudah sangat berpengalaman dalam mengatasi masalah kecil semacam itu. Kelancaran proses tersebut meyakinkannya untuk mengalihkan urusan lapangan pada asisten sutradara, sementara dirinya bergegas ke kantor untuk mengikuti rapat mengenai perekrutan talent baru mereka.
Rama, Cindy, Bella, dan seorang chief creative officer (CCO) telah duduk santai di ruang rapat. Mereka sedang mengobrol ringan ketika Briana datang. Bella sempat menyapanya. Dia berbasa-basi dengan menanyakan kabar Briana baru-baru ini, mengingat Briana yang belum sempat mengunjungi kantor selama tiga hari terakhir.
"Endra yang mengambil alih. Sejauh ini nggak ada masalah besar," ucap Briana, menimpali pertanyaan Bella. Dia menatap rekan kerjanya yang lain. "Udah pada ngobrolin topik rapat kita?"
Cindy membenarkan letak kacamatanya. Dia menggeleng.
"Uhm, belum. Sekalian aja gue buka rapat malam ini," terang Cindy. Dia menatap pimpinan perusahaan mereka. "Boleh, Ram?"
Rama mengangguk, mempersilakan Cindy membuka rapat.
Tak seperti perusahaan pada umumnya, StarView memiliki budaya kerja yang cukup fleksibel. Orang-orang penting di perusahaan saling mengenal satu sama lain pada level personal. Rentang usia mereka juga terbilang masih muda. Kondisi tersebut memungkinkan StarView untuk tidak begitu terikat pada formalitas. Selagi pekerjaan mereka tuntas dan mencapai hasil yang maksimal, orang-orang penting di perusahaan ini tak begitu mempermasalahkan fleksibilitas kerja.
Oleh karenanya, Cindy pun membuka rapat dengan bahasa lugas yang biasa mereka gunakan di keseharian. Dia menjelaskan lamaran terbaru dari seorang kreator konten yang sudah populer, sosok yang tak lain bernama Rachel Sambara. Penjelasan itu dimulai dari latar belakang Rachel, riwayat pekerjaan, hingga hasil wawancara yang dilakukan bersama Cindy.
Briana mendengarkan dengan saksama, termasuk ketika Cindy memaparkan tentang keuntungan dan juga risiko jika mereka menerima lamaran Rachel.
"Saat ini kita baru mewadahi kreator yang masih berkembang. Misalkan saja Vanya dan Samuel. Vanya memang sudah punya platform besar dengan subscribers mencapai dua juta, Samuel sebentar lagi menyusul Vanya, apalagi sekarang grup band dia lagi naik daun. Lima yang lain masih ada di bawah Vanya dan Sam. Waktu bergabung sama kita, mereka masih dalam tahap merintis nama, belum benar-benar punya penggemar dan dikenal banyak orang. Sedangkan Rachel ini ... let's say, dia bahkan nggak perlu kita buat mempertahankan kepopulerannya. Ini risiko yang gue pertimbangkan," jelas Cindy panjang lebar.
"Dengan dia yang biasa kerja mandiri, akan mengkhawatirkan semisal nanti flow kerjanya beda sama kita, meski tugas kita memang cuma memfasilitasi. Kasarnya, dia punya power lebih dibanding kita, gue nggak mau ada kejadian kayak tahun lalu waktu kita masih awal-awal buka label agensi kreator. Ada beberapa masalah sama talent yang membuat kita harus melepas dia dan dapat kerugian cukup besar. Sedangkan untuk keuntungan ... gue yakin kita semua udah tau. Penggemar dia udah banyak, nama kita bisa ikut terangkat kalau dikenal sebagai pihak yang memfasilitasi dia," tambah Cindy, mengakhiri penjelasan. "Menurut kalian gimana? Pak Rama?"
Panggilan dengan imbuhan 'bapak' merupakan sebutan khas yang diberikan rekan kerja Rama jika mereka sudah masuk mode kerja.
Briana memperhatikan Rama, dia melihatnya mengerutkan kening.
"Pertimbangan lo tentang risiko itu cukup bagus. Tapi, katakanlah kita berhati-hati dengan nggak menerima lamaran dia, padahal dia punya banyak penggemar. Menurut lo, kondisi itu bakal berdampak nggak ke kita? Semisal nantinya dia membicarakan sesuatu mengenai rekrutmen yang dinilai kurang dan sebagainya." Rama menaikkan alis. "Kreator konten itu bebas bikin konten di platform mereka, kan? Sekarang dia belum terikat kontrak, jadi kita nggak bisa mencegah dia buat nggak ngomong macam-macam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bound Together [END]
RomanceSahabat lelaki, bagi Briana, sosok bernama Varen Abimanyu hanyalah seorang sahabat lelaki yang dikenalkan oleh ibunya ketika dulu mereka masih kanak-kanak. Mereka tumbuh dan berkembang bersama, menyaksikan kejatuhan, perjuangan, dan pencapaian yang...