12

5.8K 371 1
                                    

"Kamu tunggu disini, aku akan kembali."

"Iya sayang, jangan lama-lama."

Yeosang mengangguk cepat, setelah cukup lama Jongho mengabaikannya akhirnya sekarang ia dapat pergi berdua bersama Jongho, itu membuatnya sangat senang.

Tapi ia berniat untuk menjenguk Wooyoung terlebih dahulu karena madam Hye bilang jika Wooyoung tak akan masuk karena sedang sakit, ia khawatir padanya.

"Kamu juga dapat mengajaknya jika dia mau."

"Um, aku akan bertanya padanya nanti."

Jongho mengusak pelan rambut Yeosang, sebelumnya ia sakit sampai tak bisa dan ia tau jika Yeosang kesal karena itu, meskipun ia dapat berkata padanya tapi ia tak ingin membuat Yeosang khawatir.

Yeosang mengerutkan dahinya saat Jongho menahan tangannya itu saat ia akan berjalan keluar. Ia membulatkan matanya terkejut mendapatkan kecupan darinya.

"Apa... apa-apaan!!"

Jongho hanya terkekeh gemas melihat Yeosang yang merona disana, ia menatap kepergian Yeosang yang berjalan dengan cepat masuk kedalam lift didepan sana.


















Wooyoung meringis pelan merasakan perih dilubangnya itu, padahal ia sudah memberikan salep sedari pagi tadi, tapi bagaimana bisa itu masih terasa sangat menyakitkan.

Ia bahkan kesulitan untuk berjalan dan tentu saja ini membuat semuanya sangat sulit terutama dirinya yang tak dapat bekerja malam ini, gajinya akan dipotong dua kali lipat.

Meskipun itu juga sudah tergantikan dengan uang yang diberikan San padanya, tapi tetap saja bahkan uang yang dia berikan tak dapat menghilangkan rasa sakit diseluruh tubuhnya ini sekarang.

"Dan sialnya, aku malah menyukainya."

"Rasa sakit yang ditinggalkan oleh San ini, aku benar-benar menyukainya."

Wooyoung mendengus kesal mendengar suara bel apartmentnya itu terus berbunyi tanpa henti, siapakah orang gila yang terus-menerus menekan bel rumahnya.

Wooyoung berjalan kearah pintu, bahkan ia benar-benar tak dapat berjalan dengan cepat, selangkangannya terasa sangat sakit. Ia mulai membukakan pintu dan melihat Yeosang yang berada disana.

"Bisakah kau sedikit waras saat menekan bel rumah orang lain?"

"Hehe aku khawatir kamu pingsan."

Wooyoung memutar bola matanya malas, ia bahkan lebih memilih untuk pingsan saja daripada ia kesulitan melakukan apapun yang ia inginkan sekarang.

Yeosang menatap Wooyoung dari atas sampai bawah, tak ada sesuatu yang terluka disana, tapi mengapa Wooyoung tak masuk bekerja dan berkata sakit.

"Selangkanganku yang sakit."

"Ohhh, cih kau memang sangat suka melukai lubangmu itu!"

"Apa maksudmu, siapa orang gila yang suka melukai lubangnya sendiri!"

"Ya itu kamu! Jung Wooyoung."

Wooyoung mendengus kesal, itu memang salahnya, ia menyukai seks yang kasar dan tentu saja seks seperti itu dapat membuat lubangnya terasa sangat sakit.

"Aku akan pergi makan malam bersama Jongho, kamu mau ikut? kamu belum pernah bertemu dengannya bukan."

"Tidak dengan keadaanku yang sekarang."

"Kamu yakin?"

"Iya, sudahlah sana pergi aku mau berisitirahat."

Yeosang mencubit kedua pipi Wooyoung dengan cukup kencang, bagaimana bisa Wooyoung mengusir seseorang yang bahkan sedang mengkhawatirkannya.

Ia melepaskan cubitannya saat Wooyoung menatap tajam padanya, entah mengapa dia benar-benar mudah merasa kesal, itu akan membuatnya cepat tua.

"Cih baiklah aku akan pergi!"

Wooyoung menggelengkan kepalanya, ia menutup pintunya saat Yeosang sudah berjalan pergi dari hadapannya. Tapi tak lama setelahnya, bel apartmentnya itu berbunyi kembali.

Wooyoung benar-benar kesal sekarang, mengapa Yeosang selalu saja seperti itu, dia pergi tapi akan kembali lagi dengan beberapa umpatan.

"Aku sudah bilang pergilah– San?"

Wooyoung terkejut saat bukan Yeosang yang menekan bel apartmentnya itu, tapi San orang yang membuat dirinya tak bisa berjalan dengan benar sekarang.

Wooyoung tersenyum tipis, ia sudah menebak jika San akan kembali karena ia tau saat San sudah menyelesaikan sex nya itu dia akan langsung pergi begitu saja.

"Merindukanku bukan?"

"Hentikan omong kosongmu itu, katakan apa password ponselku."

"Bagaimana aku bisa tau? itu kan ponselmu."

"Jangan bermain-main denganku."

Wooyoung sedikit meringis saat San mencengkram wajahnya itu dan ia langsung menarik dasi San, ia menatap wajah tampan dari San dihadapannya.

San menjauhkan wajahnya dari Wooyoung saat Wooyoung mencoba untuk menciumnya, ia melepaskan cengkraman tangannya itu dari wajah Wooyoung.

"Aku suka pria tampan yang kasar."

"Aku tak bertanya tentang pria seperti apa yang kau sukai, katakan padaku apa password ponselku sekarang."

"Bagaimana jika berikan aku ciuman terlebih dahulu?"

I am your Bitch! : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang