21

5K 328 0
                                    

"Pulanglah setelah kamu selesai mencuci piringnya."

Wooyoung tak menjawabnya, padahal ia sudah membuatkan San sarapan, tidakkah San seharusnya berterimakasih padanya. Wooyoung mulai mengerucutkan bibirnya.

San yang melihat itu merasa tak peduli, ia tak seharusnya mengijinkan seorang pelacur masuk kedalam rumahnya, tapi ia merasa tak tega jika mengabaikan niat baik dari seseorang.

San mendudukan dirinya disofa, perut yang kenyang membuatnya semakin mengantuk, tapi ia tak bisa langsung tidur sebelum Wooyoung keluar dari rumahnya.

Wooyoung terus mengumpat didalam hatinya sembari mencuci piring kotor itu dihadapannya, ia lebih suka bersikap nakal saja dari pada harus seperti ini.

Wooyoung mendengus kesal, ia berjalan kearah San yang sedang duduk disofa setelah ia selesai mencuci piring. Ia sedikit mengerutkan dahinya melihat San yang tertidur disana.

Dengan perlahan Wooyoung mendudukan dirinya disampinga San, menatap wajah San dihadapannya, bagaimana bisa dia tertidur saat dia baru saja selesai makan.

Wooyoung tersenyum tipis melihat San yang tidur nyenyak disana, ia mencoba untuk mengusap wajah San tapi tiba-tiba San tertidur dibahunya sekarang.

Itu berhasil membuatnya sedikit terkejut dan membuat jantungnya berdetak dengan cepat. Wooyoung sedikit melirik pada San, ia takut San mendengar suara detak jantungnya.

"Sial, mengapa aku tiba-tiba gugup."

Wooyoung mencoba untuk menenangkan detak jantungnya, tapi itu malah berdetak semakin cepat saat San tiba-tiba saja memeluknya, dan ia merona sekarang.

Wajahnya benar-benar terasa sangat panas, bagaimana tidak San yang selalu menatap jijik padanya, sekarang dia sedang memeluk dirinya dengan erat.

"Ini seperti keajaiban, meskipun San melakukannya tanpa sadar."

Wooyoung sedikit melirik kearah penis San dibawah sana, ia sudah sangat merindukan penisnya itu, mau itu didalam dirinya ataupun didalam mulutnya.

Ia memegang penis San dan meremasnya dengan perlahan, hanya dengan memegangnya saja membuat ia merasa terangsang sekarang. Bagaimana ini.

Wooyoung mengalihkan pandangannya pada bibir San dan menatapnya cukup lama, ia selalu ingin mencoba untuk mencium San, tapi San selalu menolaknya.

Ia mulai memegang bibir San, ia sungguh ingin menciumnya. Tapi bagaimana jika San terbangun, sudahlah ia bahkan suka jika San marah padanya.

Dengan perlahan Wooyoung mulai mendekatkan wajahnya pada San, tapi gerakannya terhenti saat San tiba-tiba membuka matanya disana.

"Jangan pernah berani untuk menciumku."

Wooyoung terkejut saat San tiba-tiba saja terbangun dari tidurnya atau selama ini San hanya pura-pura tertidur, tapi apa pedulinya, ia tetap akan mencium San.

Dan sekarang San lah yang terkejut karena Wooyoung tetap menciumnya, tak ada lumatan hanya ciuman biasa dimana bibir mereka saling menempel satu sama lain.

Wooyoung menjauhkan wajahnya dari San, dan tentu saja San menatapnya dengan tajam disana, tapi itu tak masalah, selagi ia mendapatkan ciuman dari San.

"Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk pergi?"

"Aku memang berniat untuk pergi, tapi aku melihatmu tertidur, dan–"

"Aku tak butuh alasanmu, pergi sekarang."

San menatap tangan Wooyoung yang masih berada di penisnya itu, ia memang tertidur tapi ia terbangun begitu saja saat ia merasakan ada yang meremas penisnya.

Dan Wooyoung dengan sengaja meremas penis San yang masih terbalut celana itu. Wooyoung hanya tersenyum manis saat San kembali menatap tajam padanya.

San menghela nafasnya pelan, ini memang kesalahannya karena membiarkan seorang pelacur nakal masuk kedalam rumahnya, ia jadi terkena imbasnya.

"Pergi atau aku–"

"Aku merindukanmu, San."

I am your Bitch! : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang