45

4.6K 285 4
                                    

"Aku juga harus menjenguk Seonghwa sekarang."

Wooyoung merasa kesal dengan ucapan San sekarang, ia paham jika San sedang khawatir, tapi itu sedikit berlebihan saat dia ingin menjenguknya sekarang juga.

Mingi yang melihat raut wajah kesal dari Wooyoung disana sedikit menghela nafas, seharusnya Yunho tak memberitahu San tentang Seonghwa yang sedang dirawat.

"Hongjoong hyung melarang kita untuk menjenguk Seonghwa hyung, San."

"Apa?! bagaimana bisa?"

"Dokter yang berkata begitu, Seonghwa hyung belum bisa dijenguk banyak orang."

San sedikit mengerutkan dahinya, apakah Seonghwa terluka parah sampai dia tak diperbolehkan dijenguk, tapi Hongjoong bahkan sekarang sedang menemaninya.

"Aku akan menjenguknya sendirian."

"Tidak San! apa kamu lupa denganku?"

San menoleh pada Wooyoung yang sedang menatapnya dengan tajam disana. Tapi ia benar-benar khawatir Seonghwa terluka parah, dan sejak kapan dia dirawat inap.

Yunho menatap Wooyoung dan juga San bergantian, ia tak yakin apakah ia dapat terus berbohong pada San karena melihat San yang terlihat sangat khawatir disana.

Tapi Wooyoung, ia mengerti perasaan Wooyoung sekarang, dia merasa kesal karena San masih memperhatikan Seonghwa, sampai dia melupakannya.

"Sudahlah San, lagipula kita dapat menjenguknya nanti."

San menghela nafasnya berat, ia tak bisa menunggu terlalu lama, ia benar-benar khawatir jika Seonghwa terluka parah atau ia yang terlalu berlebihan sekarang.

Mingi tau jika Yunho sedang berbohong sekarang, karena hanya San saja yang tak diperbolehkan untuk menjenguk Seonghwa atas permintaan Hongjoong.

Tapi apa boleh buat, ia juga tak ingin San terjebak dalam masa lalunya kembali. Sebenarnya ia cukup penasaran tentang bagaimana Seonghwa bisa kecelakaan.

"Baiklah."

















Seonghwa sedikit meringis merasakan tangannya yang masih terasa sakit saat ia mencoba menggerakkannya. Seonghwa menghela nafasnya pelan.

Ia melirik kearah pintu saat ia mendengar ada yang membuka pintu disana dan tentu saja siapa lagi jika bukan Hongjoong, ia tak ingin bertemu dengannya.

"Aku sudah mengatakannya padamu, jangan pernah datang lagi."

Hongjoong mengabaikan ucapan dingin dari Seonghwa, ia berjalan mendekat pada Seonghwa dan mendudukan dirinya dikursi tepat disampingnya Seonghwa itu.

"Pergi."

"Kau pikir apa yang dapat kau lakukan dengan tanganmu yang seperti itu?"

Seonghwa mendengus kesal, dia berbicara seolah-olah ia tak dapat melakukan apapun tanpa bantuan darinya, tentu saja tidak, ia masih bisa melakukannya sendiri.

Hongjoong menatap kearah meja, disana ada nampan berisikan makanan yang sepertinya belum disentuh sedikitpun, ia yakin jika Seonghwa belum makan.

"Kenapa kamu tak makan?"

"Aku tidak lapar. Berhentilah bersikap peduli padaku, kita sudah tak memiliki hubungan apapun lagi."

Hongjoong merasa sangat kesal dan marah dengan ucapan yang terlontar dari mulut Seonghwa disana. Entah mengapa dia selalu saja membuat emosinya memuncak.

"Aku masih tetap menjadi kekasihmu, sampai kapapun itu."

"Kau pria gila! aku tak mencintaimu! yang aku cintai adalah Sa–"

Seonghwa meringis pelan saat Hongjoong tiba-tiba saja menampar wajahnya dengan cukup keras disana, ini sudah kali ketiga dia menampar wajahnya itu.

Sejak terakhir kali ia meminta putus pada Hongjoong, dia menjadi lebih mudah terbawa emosi, terlebih saat ia membahas tentang San. Itu sangat menyakitkan.

Hongjoong tersadar akan perbuatannya, ia langsung mengelus wajah Seonghwa yang terkena tamparan darinya. Ia tak suka saat Seonghwa berkata seperti itu padanya.

"Maafkan aku. Kamu makan sekarang, aku akan menyuapimu."

I am your Bitch! : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang