"Sanie aku lelah dan lapar, ayo mampir dulu kesana."
San hanya mengangguk menjawab perkataan Wooyoung, ia sedikit melirik pada jam tangannya, menunjukkan pukul 10 malam disana, sudah terlalu larut.
Wooyoung meremas ujung bajunya kesal, San sungguh tak membiarkannya pergi sendirian, dia selalu saja mengikutinya, bahkan saat ia sedang mencoba baju.
Jika terus seperti ini bagaimana ia dapat kabur dari San, sementara San terus berada didekatnya. Ia mulai khawatir jika ia tak dapat benar-benar kabur dari San.
"Sanie mau pesan apa?"
"Kopi saja, aku sudah kenyang."
Wooyoung mengangguk paham, ia mulai memesan pesanannya itu pada kasir, ia menatap sekitarannya, tempatnya cukup ramai disini, apakah ia bisa kabur.
"Sanie bisakah kamu tunggu pesanannya? aku ingin ke toilet sebentar."
"Tahanlah, aku akan pergi bersamamu."
"Tak bisa Sanie, aku sudah tak kuat lagi."
San menghela nafasnya pelan, entah ini perasaannya saja atau Wooyoung memang dengan sengaja terus masuk ke tempat yang tak bisa ia lihat secara langsung.
San menatap Wooyoung yang sudah mulai mengerucutkan bibirnya itu disana, ia sedikit mengelus pipi Wooyoung dan ia hanya mengangguk untuk menjawabnya.
Wooyoung beranjak pergi meninggalkan San, ia sedikit melirik pada San dan tersenyum pada San agar dia tak merasa curiga padanya, benar-benar sulit.
Karena tempatnya ramai, membuatnya cukup mudah untuk bersembunyi dibalik keramaian nanti, ia berjalan masuk kedalam toilet dan melepaskan hodienya.
Ia harus cepat selagi San masih mengantri, dia juga sedari tadi sibuk dengan ponselnya itu, ntah dia sibuk bekerja atau bertukar pesan dengan Seonghwa.
Tapi itu bagus, fokusnya teralihkan pada ponselnya itu, dia tak mungkin akan melihatnya nanti. Wooyoung mengubah style pakaiannya agar terlihat berbeda.
Ditempat lain, San sudah mendapatkan pesanannya dan berjalan ke maja yang tak jauh dari kasir. Sedikit mencurigakan karena Wooyoung belum juga kembali.
San memandang lurus kedepan menatap keramaian disana dan tatapan terhenti saat melihat lelaki dengan pakaian yang cukup terbuka itu disana.
Sudah bisa dipastikan jika itu Wooyoung, meskipun dia melepas hoodienya dan merubah pakaiannya itu, ia tak mungkin tak mengenali bentuk tubuhnya itu.
"Pelacur itu dia benar-benar berniat untuk kabur."
San beranjak dari duduknya, ia berjalan dengan cepat mengikuti langkah kaki Wooyoung. San mengerutkan dahinya saat melihat Wooyoung berlari disana.
Wooyoung memang sudah menyadari ada yang mengikutinya dan siapa sangka ternyata San lah yang mengikutinya sekarang, itu cukup membuatnya terkejut.
"Sial! bagaimana bisa dia menyadarinya."
Wooyoung dengan cepat berlari kearah keramaian dan turun dari eskalator. Ini menakutkan, ia takut San menangkapnya dan membuatnya tak bisa keluar lagi.
Wooyoung menatap kebelakang, tak ada San disana. Ia berlari kearah basement, tapi ada satu kebodohan yang ia lakukan, ia lupa mengambil kunci mobil San.
"Sial!"
Karena ia yang terus melirik kebelakang, ia tak sengaja menabrak seseorang disana, ia langsung membungkuk meminta maaf dan kembali berjalan dengan cepat.
Tapi tangannya ditahan oleh seseorang, tak mungkin dia San bukan, itu tak mungkin. Ia memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya menatap orang itu.
"Sudah aku duga, kau kekasihnya San."
"Hongjoong?"
Hongjoong tersenyum pada Wooyoung, ia cukup penasaran mengapa dia terlihat terburu-buru dan sangat panik disana. Apakah dia sedang kabur dari seseorang.
"Kau mau kemana?"
"Bantu aku perg–"
Wooyoung menghentikan perkataannya, apakah mungkin ia meminta bantuan pada Hongjoong karena dia juga salah satu temannya San. Benar itu tak mungkin.
"Apa kau sedang mencoba kabur dari San? aku bisa membantumu."
KAMU SEDANG MEMBACA
I am your Bitch! : Sanwoo/Woosan
FanfictionChoi San selalu memandang rendah seseorang yang bekerja sebagai pelacur. Dan Jung Wooyoung yang seorang pelacur itu berhasil membuat San termakan ucapannya sendiri dengan membuat San jatuh cinta padanya. - Homophobic do not interact this story. ⚠The...