39

5.1K 301 14
                                    

Wooyoung mengerutkan dahinya saat ia meraba kesamping dan tak menemukan San disana, ia langsung membuka matanya itu, benar saja San tak ada disini.

Wooyoung tiba-tiba teringat ucapan San semalam, ia dengan cepat beranjak dari tidurnya tapi ia malah terjatuh karena selangkangannya yang terasa sangat sakit.

"Sanie..."

"Apa yang sebenarnya kau lakukan?"

Wooyoung mendongak melihat San disana, ia mengerucutkan bibirnya itu, ia pikir San pergi karena semalam ia pingsan dan itu sama saja ia membantah perintah San.

San menghela nafasnya, baru sebentar ia meninggalkan Wooyoung untuk menyiapkan sarapan, tapi dia malah diam dilantai dengan tubuh telanjangnya itu.

San berjalan mendekat pada Wooyoung dengan langsung menggendongnya dan kembali menempatkan Wooyoung diatas ranjang. Ia mengusap wajah Wooyoung.

"Jangan marah, maafkan aku."

Wooyoung memeluk erat tubuh San yang masih berdiri dihadapannya itu, ia tak ingin jika San benar-benar mencari pelacur lain untuk menggantikan dirinya.

San mengelus rambut Wooyoung dengan perlahan, ia sebenarnya tak mengerti mengapa Wooyoung tiba-tiba meminta maaf padanya, padahal dia tak bersalah.

"Tunggulah, aku akan mengambil sarapan untukmu."

Wooyoung menggelengkan kepalanya, ia tak mau berada jauh dari San, meskipun itu hanya beberapa langkah saja, terlebih saat ia tak bisa berdiri seperti sekarang.

"Aku ingin mandi, badanku bau kamu pasti tak nyaman dengan itu."

"Baiklah, aku akan membantumu mandi."

San menggendong Wooyoung dan berjalan kearah kamar mandi, ia sebenarnya tak masalah dengan bau dari tubuh Wooyoung karena itu hanya bau sperma saja.

Dan hampir semua sperma yang berada ditubuh Wooyoung adalah sperma miliknya. Ia baru saja selesai mandi, tapi jika begini ia juga harus mandi kembali.

Wooyoung tersentak saat San tiba-tiba saja menyentuh lubangnya itu dibawah sana. Ia menatap San dengan bingung, apa yang sebenarnya dia lakukan.

"Semalam itu berdarah."

Wooyoung sedikit mengangguk menjawab perkataan San, ia juga sempat melihat banyak bercak darah di spreinya. Bahkan lubangnya masih terasa sangat sakit.

Ia mengeratkan pelukannya pada leher San dan sedikit mengusakkan wajahnya itu pada lehernya. Ia benar-benar menyukai aroma wangi dari tubuh San.

San menurunkan Wooyoung di bathtub dan menyalakan keran bathub tersebut. San juga melepas seluruh pakaiannya, membuat Wooyoung sedikit kebingungan.

"Bukankah kamu sudah mandi?"

"Hm, aku akan mandi lagi."

Wooyoung tersenyum senang, ia pikir San hanya akan membantunya untuk mandi saja, ia tak berpikir jika San juga akan ikut mandi bersamanya.

Ia merasa senang jika San tak memakai benang sehelai pun dihadapannya, karena ia juga sangat menyukai tubuh San lebih dari apapun, itu benar-benar menggoda.

"Jangan berpikiran mesum."

"Aku tidak."

"Mustahil jika kau tak berpikiran mesum."

Wooyoung mengerucutkan bibirnya, ia memang berpikiran mesum sekarang, tapi jikapun begitu, ia tak dapat melakukannya karena lubangnya masih terasa sakit.

Wooyoung membulatkan matanya terkejut saat San mengecup bibirnya tiba-tiba. Ada apa, mengapa San melakukan itu, apakah karena ia yang cemberut tadi.

"Berhentilah mengerucutkan bibirmu itu."

"Aku tak akan berhenti!"

San mengerutkan dahinya saat mendengar jawaban dari Wooyoung, apakah dia berniat untuk membantah perkataannya lagi sekarang atau bagaimana.

Wooyoung terkekeh, bagaimana ia akan berhenti jika San akan mengecupnya saat ia cemberut, jika terus seperti itu maka ia akan terus mengerucutkan bibirnya itu.

"Kenapa kamu tertawa?"

"Tidak, kamu sangat tampan. Bagaimana jika kita melakukan sex disini?"

I am your Bitch! : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang