Wooyoung terus mengusap pipi San yang memerah disana dengan San yang hanya fokus memakan bekal yang ia bawa. Bagaimana bisa San tak kesal dengan itu semua.
Bahkan untuk dia yang hanya seorang mantan kekasih, seharusnya dia tak melakukan hal tersebut pada San dan dia juga sudah memiliki kekasih, apa dia gila.
Wooyoung menatap khawatir pada San yang tak juga membuka suaranya itu. Apa yang harus ia lakukan untuk dapat menghibur San, menggunakan tubuhnya?
"Tidak-tidak, jangan berpikiran mesum terlebih dahulu Wooyoung!"
"Berhentilah mengusap wajahku."
Wooyoung tersadar dari lamunannya dan berhenti mengusap wajah San, ia menatap makanan yang ia bawa sudah habis semua dimakan oleh San diatas meja sana.
"Pergilah."
"Tidak, bagaimana bisa kamu mengusir kekasihmu sendiri?"
"Aku sudah selesai makan, lalu apa yang akan kau lakukan disini?"
"Menemanimu."
San menatap Wooyoung yang tersenyum manis padanya disana, entah mengapa Wooyoung terlihat menggemaskan sekarang dengan senyumannya itu.
San sedikit mengerutkan dahinya saat melihat ada luka diujung bibir Wooyoung dan tanpa sadar San menyentuh ujung bibir Wooyoung yang terluka disana.
"Luka apa ini?"
"Um? kamu lupa? ini karena perbuatanmu kemarin, benar-benar kasar."
Wooyoung ikut menyentuh bagian ujung bibirnya yang terluka, sebenarnya ini tak terlalu parah tapi karena pekerjaannya, lukanya jadi semakin parah.
Dan tak mungkin ia berkata jika luka ini karena ia mencicipi penis lain, itu akan membuat San kembali menghinanya. Ia lebih suka penis milik San.
"Aku tau kau berbohong."
"Aku tidak!"
"Berapa banyak penis yang sudah masuk kedalam mulutmu itu?"
Wooyoung terkejut dengan apa yang San tanyakan padanya, bagaimana jika ia berkata jujur, bukankah San akan merasa jijik nantinya.
Lalu bagaimana juga jika ia berbohong pada San, apakah San akan tau tentang kebohongannya itu. Dan jawaban seperti apa yang diinginkan San.
"Katakan saja, kau seorang pelacur, sudah semestinya kau menikmati banyak penis bukan?"
"Ya, itu benar, aku sangat menikmatinya."
San sedikit tak percaya dengan jawaban yang diberikan Wooyoung padanya, ia pikir Wooyoung akan kembali berbohong, tapi ternyata tidak, dia berkata jujur.
Dan entah mengapa itu membuatnya kesal saat mendengarnya, bagaimana bisa Wooyoung dengan bangga berkata jika dia menikmati itu semua.
"Pulanglah."
Wooyoung menatap San dengan bingung, apakah San bertanya seperti itu untuk mengujinya atau bagaimana, mengapa sekarang dia kembali mengusir dirinya.
Wooyoung melihat raut wajah kesal dari San dihadapannya, apa San kesal dengan itu semua. Wooyoung sedikit menyeringai, ini terlihat seperti San sedang cemburu.
"Aku tak mau pulang."
"Kenapa kau selalu membantah perkataanku?"
"Baiklah-baiklah aku akan pulang."
San sedikit mengangguk, ia sudah kesal saat melihat Wooyoung datang, dan entah kenapa ia semakin merasa kesal saat mendengar jawaban dari Wooyoung tadi.
San melihat Wooyoung yang sedang merapihkan kembali kotak bekalnya itu disana, ia akui jika masakan Wooyoung cukup enak, terlebih untuk dirinya yang lebih menyukai masakan rumahan.
Selesai Wooyoung merapihkan kotak bekalnya itu, ia kembali menatap San yang sedang melihat kearahnya juga. Wooyoung sedikit mendekat pada San.
"Berikan kecupan pada kekasihmu ini."
"Tidak, berhenti menganggap serius ucapanku tentang itu."
"Ayolah, anggap saja kecupan itu sebagai tanda terimakasihmu padaku."
San menghela nafasnya pelan, ia memang tak pernah sekalipun mengucapkan terimakasih pada Wooyoung kerena telah membawakan bekal untuknya.
San memegang dagu Wooyoung dan mulai mengecup bibirnya. Itu berhasil membuat Wooyoung sedikit terkejut dan merona malu karena San memberikan apa yang ia inginkan.
"Sudah bukan? sekarang pulanglah."
"Baiklah, aku akan kembali besok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I am your Bitch! : Sanwoo/Woosan
FanfictionChoi San selalu memandang rendah seseorang yang bekerja sebagai pelacur. Dan Jung Wooyoung yang seorang pelacur itu berhasil membuat San termakan ucapannya sendiri dengan membuat San jatuh cinta padanya. - Homophobic do not interact this story. ⚠The...