49

4.2K 292 10
                                    

"San tak bisakah kamu menemaniku?"

San menatap Seonghwa, ia benar-benar tak bisa melihat wajah Seonghwa yang dipenuhi luka memar seperti itu sekarang, dan lagi Wooyoung sudah marah padanya.

Ia harus cepat membujuk Wooyoung atau nanti dia akan terus marah padanya. San menghela nafasnya pelan, ia tak sengaja membentak Wooyoung barusan.

"Istirahat disini Hwa, aku harus keluar."

"Tapi San, aku ingin bersamamu."

Seonghwa menatap memelas pada San, ia berharap agar San dapat menemaninya. Ia sudah lama merindukan San dan inilah kesempatan agar ia dapat bersamanya.

Tapi kenapa San tak juga menjawabnya, dia malah terus berdiam diri disana, apa permintaannya itu terlalu berlebihan. Ia menghela nafasnya berat.

"Kepalaku pusing, temani aku sampai aku tidur, boleh?"

"Baiklah, aku akan menemanimu."

Seonghwa merasa senang dengan jawaban dari San, meskipun San sedikit berbeda dari biasanya tapi dia masih memberikan perhatian padanya sekarang.

San tersenyum kearah Seonghwa, ia mulai mengelus rambut Seonghwa dengan perlahan. San sebenarnya penasaran tentang bagaimana bisa ini semua terjadi.

Tapi ia juga tak bisa memaksa Seonghwa untuk menceritakan semuanya padanya, mungkin cepat atau lambat Seonghwa akan menceritakan semua masalahnya.

Wooyoung mendengus kesal, sudah lebih dari 1 jam San tak juga menghampirinya, apa yang mereka lakukan disana sebenarnya, ia keluar karena terlalu kesal.

Bagaimana bisa San mengabaikannya dan bersikap dingin padanya sepertinya itu. Ia benar-benar merasa kesal pada San sekarang dan Seonghwa itu, menyebalkan.

Wooyoung terkejut saat tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang, ia melirik dan San lah yang memeluknya sekarang. Ia mencoba untuk mengabaikan San disana.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

"Sayang?"

San mengecup leher Wooyoung, ia paham jika Wooyoung sedang merasa kesal padanya. San sedikit menghela nafasnya, ia mulai mengeratkan pelukannya itu.

Wooyoung sedikit mengerutkan dahinya karena tak ada suara sama sekali dari San, ia kembali melirik pada San dan dia sedang memejamkan matanya itu disana.

Dengan bersandar pada pundaknya, jika begini ia akan kembali luluh karena wajahnya itu yang sangat tampan, tapi ia tak boleh tergoyahkan begitu saja.

"Maafkan aku karena membentakmu."

Wooyoung tak juga menjawab perkataan dari San, ia memilih untuk terus mengabaikannya seperti apa yang sudah San lakukan padanya sedari tadi.

Ia membulatkan matanya terkejut saat San tiba-tiba saja menggesekkan penisnya itu pada belahan pantatnya disana, apa yang sebenarnya dia pikirkan sekarang.

Wooyoung kembali dibuat terkejut karena San menahan tubuhnya dan dia mulai menekan penisnya ke belahan pantatnya itu dibawah sana.

"He-hentikan!"

"Akhirnya kamu membuka suaramu juga."

Wooyoung mengerucutkan bibirnya, dia melakukan itu hanya karena ingin membuatnya membuka suara begitu, jika benar maka dia berhasil melakukannya.

San membalikkan tubuh Wooyoung dan membuatnya menghadap padanya. Ia dapat melihat raut wajah kesal dan juga marah darinya disana.

"Maafkan aku sayang."

"Tidak! kau pikir dengan kata maafmu itu dapat membuat rasa kesalku hilang?!"

Wooyoung mengerutkan dahinya melihat San yang menatapnya dingin disana, ada apa lagi sekarang, mengapa San tiba-tiba menatapnya dengan tatapan dingin.

"Jangan pernah meninggikan suaramu itu padaku, Wooyoung."

"Kau pikir aku pedu–"

Wooyoung tak sempat menyelesaikan kalimatnya itu karena bibirnya sudah terlebih dahulu dibungkam dengan kecupan yang dilakukan San sekarang.

Wooyoung kembali mengerucutkan bibirnya itu, mengapa San melakukan semua ini padanya, ia jadi tak bisa benar-benar kesal pada San sekarang.

"Kamu menyebalkan! aku membencimu."

I am your Bitch! : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang