69

5.1K 319 13
                                    

San menatap Wooyoung yang masih tak sadarkan diri itu, ia menghela nafasnya berat, ia harus cepat bertemu Seonghwa dan meminta penjelasan darinya.

San sedikit mengusap punggung tangan Wooyoung dan ia mengecupnya. Ini sangat menyakitkan menyayangi seseorang yang sudah tak mau melihat padanya lagi.

Wooyoung yang memang sudah tersadar itu sedikit kebingungan karena ia merasa jika punggung tangannya terasa basah disana, tak mungkin jika San menangis.

"Hahaha sial ini benar-benar menyakitkan Woo, aku sudah memahami perasaanmu."

"Jadi inilah mengapa kamu memilih pergi dariku, karena itu memang menyakitkan."

"Maafkan aku."

Wooyoung sedikit membuka matanya itu karena terlalu penasaran dan benar saja San menangis disana, air mata San terus berjatuhan di punggung tangannya.

"Maafkan aku Woo."

"Aku sudah menjadi kekasih yang buruk untukmu. Tapi sekarang kamu sudah memiliki Yeonjun, dia kekasih yang baik."

"Mengapa aku jadi cengeng begini haha."

San mengusap air matanya itu, entah mengapa ia menjadi cengeng seperti ini, sangat memalukan. San kembali menatap Wooyoung disana, dia masih tak bangun.

San mulai mengusap punggung tangan Wooyoung yang sudah basah akibat air matanya barusan dan ia kembali mengecup punggung tangan Wooyoung.

"Aku harus menghubungi Yeonjun."

San mengambil ponselnya, seharusnya ia menghubungi Yeonjun semalam, hanya saja ia ingin menghabiskan waktunya bersama Wooyoung meski hanya sebentar.

Wooyoung mulai membuka matanya itu menatap San yang sedang menelpon disana, itu memang memalukan melihat San yang menangis seperti anak kecil.

Tapi entah mengapa ia ingin melihat sisi lain dari San seperti itu, apakah ia harus memaafkan San sekarang, tapi ia masih merasa sakit hati dengan perlakuan San.

San memutuskan sambungan teleponnya itu, ia terkejut saat melihat Wooyoung yang sudah sadarkan diri, ia dengan cepat berjalan mendekat pada Wooyoung.

Ia lupa, ia harus memberitahu dokter terlebih dahulu sekarang, tapi tangannya ditahan oleh Wooyoung disana. San menatap Wooyoung dengan khawatir.

"Apakah terasa sakit? aku akan memanggil dokter terlebih dahulu, tunggu–"

"Diam."

San hanya mengangguk menuruti apa yang dikatakan Wooyoung, ia kembali mendudukan dirinya, tapi tetap saja ia merasa khawatir pada Wooyoung.

"Aku tak memintamu untuk duduk."

San menghela nafasnya pelan, ia beranjak dari duduknya itu, Wooyoung sepertinya sudah benar-benar membencinya, apakah ia dapat menerima maaf dari Wooyoung.

"Wooyoung, aku minta ma–"

"Aku tak mau memaafkanmu."

Itu benar, ia memang sudah terlalu jahat pada Wooyoung, tak mungkin Wooyoung mau memaafkannya begitu saja. Ini terasa seperti karma kedua untuk San.

"Aku mengerti."

"Aku harus cepat memanggil dokter, dan Yeonjun juga akan datang sebentar lagi."

Wooyoung kembali menahan tangan San yang berniat untuk pergi itu, ia menatap kesal pada San padahal ia sudah menyuruhnya untuk diam, tapi mengapa.

San mengerutkan dahinya saat Wooyoung menatapnya dengan kesal disana, apakah ia melakukan kesalahan yang membuat Wooyoung kesal sekarang.

"Aku menyuruhmu untuk diam."

"Apa kamu tau, aku seperti ini karena mu juga, ini sebuah kesialan untukku."

"Seonghwa benar-benar sudah gila, dia seperti berniat untuk membunuhku."

San tentu terkejut mendengar perkataan dari Wooyoung, jadi benar Seonghwa lah yang sudah melakukan ini semua pada Wooyoung, tapi bagaimana bisa.

"Mencintaimu adalah kesialan terbesar untukku San."

"Aku minta maaf, aku akan melakukan apapun untuk bisa menebus kesalahanku."

Wooyoung melirik pada San, dia terlihat seperti merasa bersalah disana, tapi itu tak cukup untuknya, ia sampai harus mengalami hal seperti ini juga karena San.

Ia mulai mendudukan dirinya dan sedikit bersandar, kepalanya benar-benar terasa sakit, ia pikir ia akan mati karena botol itu benar-benar mengenai kepalanya.

"Berlutut maaf padaku."

I am your Bitch! : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang