65

4.6K 297 2
                                    

Setelah mengobrol panjang dengan Mingi, Wooyoung kembali ke ruangan dimana Yeonjun dan San berada. Ia cukup merasa senang karena Mingi khawatir padanya.

Ia pikir tak ada satu teman San yang tulus membantunya, tapi Mingi menawarkan diri untuk membantunya tanpa imbalan, dia benar-benar pria yang baik.

"Kau masih tak menyukai pelacur San?"

Wooyoung yang memang baru membuka pintu itu sudah disuguhi dengan Yeonjun yang bertanya seperti itu pada San. Mengapa juga Yeonjun bertanya hal itu.

San menatap Wooyoung tanpa henti, ia mulai menyesap rokoknya, sampai kapanpun ia tak akan pernah menyukai seorang pelacur, kecuali Wooyoung.

"Aku hanya menyukai satu orang pelacur saja, tapi sayang sekali dia kabur dariku."

Wooyoung yang mendengar jawaban dari San hanya memutar bola matanya malas, jika saja San tak mempermainkannya, ia juga tak akan berniat pergi darinya.

Dan lagi dia hanya membual soal dia yang menyukainya, bahkan dia tak pernah benar-benar menyukainya, San hanya menjadikan dirinya sebagai pelampiasan.

"Benarkah? mungkin kau terlalu kasar padanya San."

"Tapi seharusnya pelacurku menyukai kekerasan."

"Hahaha maksudmu dia seorang masokis begitu?"

Yeonjun sedikit terkejut saat melihat San menganggukkan kepalanya, ia tak pernah menyangka jika ada orang seperti itu, bagaimana bisa dia menyukai kekerasan.

Yeonjun mengalihkan pandangannya saat ponselnya itu tiba-tiba berdering, ada panggilan masuk dari ayahnya disana, apa lagi yang ingin dia bahas sekarang.

"Aku keluar sebentar untuk mengangkat telepon."

San hanya mengangguk dan kembali menyesap rokoknya itu dengan terus menatap pada Wooyoung disana, bahkan pakaian yang dia gunakan terlalu seksi.

"Kau benar-benar hebat dalam menggoda pria. Apa yang kau lakukan sampai dia mau mengeluarkan uangnya untukmu."

Wooyoung mengerutkan dahinya, ia tak paham apa maksud perkataan San, ia bahkan tak pernah menggunakan uang Yeonjun satu perak pun.

Ia mencoba untuk mengabaikan San. Ia mulai merasa jika San kembali memandang rendah padanya sama seperti saat dulu mereka baru bertemu di club.

Merasa diabaikan oleh Wooyoung, San mulai merasa kesal, tapi ia tak berhak melakukan apapun mengingat ia sudah tak lagi memiliki hak atas Wooyoung.

"Berhenti menatapku, kau seperti pria mesum yang menjijikkan."

"Setelah kau berhasil membayar kembali uangnya padaku, kau jadi berani berucap kasar."

Wooyoung membulatkan matanya terkejut apa yang dia maksud dengan berhasil membayar kembali, ia bahkan tak pernah sekalipun mengeluarkan uangnya itu.

Lalu siapa yang melakukannya, tak mungkin jika orang lain karena yang tau itu semua hanyalah ia dan San saja, kecuali satu orang, lelaki menyebalkan itu.

"Dia melakukan sejauh ini demi membuat San tak menahannya lagi."

"Lalu? bukankah itu yang kau inginkan?"

San menatap dingin pada Wooyoung, ia bahkan tak kekurangan uang sampai ia harus membuat seseorang mengembalikan uangnya itu padanya.

"Aku tak menginginkan uangnya, aku menginginkanmu."

"Aku bahkan tak sudi kembali padamu!"

Wooyoung terkejut dengan apa yang ia katakan barusan, ia tak sengaja berkata seperti itu. Ia menatap San yang hanya menatapnya datar disana, apa dia marah.

San mulai beranjak dari duduknya, ia mengambil jasnya dan juga ponselnya. Ini benar-benar terasa menyakitkan ditolak oleh seseorang yang sangat ia inginkan.

"San, kau mau kemana?"

"Ini sudah terlalu larut dan untuk besok carilah tempat yang lebih masuk akal."

Yeonjun menatap kepergian San disana, entah itu perasaannya saja atau memang San terlihat marah, apakah terjadi sesuatu padanya sampai dia harus segera pulang.

Wooyoung mengerucutkan bibirnya kesal, bagaimana jika San ternyata tak pernah merasa menyesal karena telah menyakiti dirinya, dia bahkan terlihat tak peduli.

"Yeonjun, bagaimana ini..."

I am your Bitch! : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang