34

4.9K 348 3
                                    

San menghela nafasnya pelan, Wooyoung terus-menerus meremas penisnya itu tanpa henti, dan sekarang dia mencoba untuk melepaskan resleting celananya.

Entah apa yang Wooyoung pikirkan, ia sampai mengira jika Wooyoung sangat menyukai penisnya itu dan ia juga jadi mudah terangsang akhir-akhir ini.

"Bisakah kau berhenti?"

"I don't want to and never will, daddy."

Wooyoung tersenyum kearah San dengan manis terus meremas penis San disana, ia sebenarnya ingin mengeluarkan penisnya itu dari dalam sana.

Karena celana San sangat menghalangi tangannya untuk bisa memegang lebih. Wooyoung melirik kearah resleting celana San dibawah sana, dia sudah menegang.

"Aku–"

"Tidak."

"Tapi itu sudah mengeras."

San menggelengkan kepalanya pelan, dia pikir karena siapa penisnya tiba-tiba mengeras sekarang dan itu terasa sempit karena ia sudah menegang sempurna.

Wooyoung mengerucutkan bibirnya kesal, mengapa San tak mau ia melakukannya, padahal itu sudah sangat keras, bahkan ia yakin itu terasa menyakitkan didalam.

"Aku ingin mewarnai rambutku."

"Pergilah."

"Tentu saja kamu temani aku ke mall."

"Aku sibuk."

Wooyoung menatap kesal kearah San, ia mulai mengembungkan pipinya dan menyilangkan kedua tangannya didepan dada, dia sibuk apa dihari minggu begini.

San yang melihat Wooyoung merajuk itu sedikit menghela nafasnya, mengapa dia bersikap seperti itu, bukankah dia dapat pergi sendiri kesana.

"Aku tak punya uang!"

"Akan aku berikan."

"Tapi itu harus menggunakan kartu!"

"Aku akan mentransfer uangnya."

Wooyoung semakin merasa kesal karena San masih saja terus menolaknya, apa yang susah dengan hanya menemaninya pergi ke mall, benar-benar menyebalkan.

"Kartuku ada dirumah!"

"Aku dapat mengantarkanmu pulang."

"Tidak! aku ingin pergi bersamamu!!"

San tak menjawab perkataan Wooyoung, ia terlalu lelah untuk berdebat dengan Wooyoung. Bahkan dia yang sedang marah itu kembali meremas penisnya sekarang.

Entah apa yang ia pikirkan saat ia tiba-tiba membeli Wooyoung, ia jadi sedikit menyesal untuk itu karena Wooyoung selalu saja bersikap kekanak-kanakan.

Tapi bagaimana mungkin anak-anak bisa secabul Wooyoung, bahkan otaknya itu dipenuhi dengan hal-hal yang mesum saja, membuatnya sedikit kewalahan.

"Tch! baiklah aku akan meminta teman pria ku untuk menemaniku pergi."

San sedikit melirik kearah Wooyoung yang sudah mengeluarkan ponselnya disana, apa dia serius dengan ucapannya itu dan mengapa harus seorang pria.

Sepertinya Wooyoung benar-benar serius dengan ucapannya karena ia mendengar suara telepon yang tersambung disana. Ia cukup merasa kesal dengan itu sekarang.

"Halo? ada apa Woo?"

"Temani ak–"

Wooyoung mengerutkan dahinya saat San tiba-tiba merebut ponselnya, bahkan ia tak sempat berbicara pada temannya karena San merebut ponselnya begitu saja.

"Kembalikan ponselku."

San mengabaikan perkataan Wooyoung, ia mematikan sambungan teleponnya itu dan memasukkan ponsel Wooyoung kedalam saku celananya.

"Kenapa kamu menutup teleponnya!"

"Berhenti menghubungi pria lain."

Wooyoung sedikit terkejut mendengar apa yang dikatakan San dan itu membuatnya merona malu sekarang dan itu terdengar seperti San sedang cemburu.

Wooyoung sedikit menyeringai, San selalu sensitif jika ia membahas pria lain atau ia yang menggunakan pakaian terbuka, dia akan marah dengan keduanya.

"Aku tak mau sendirian kesana."

"Aku akan menemanimu, jadi berhentilah mengoceh."

Wooyoung tersenyum senang, sepertinya ia tau apa yang harus ia lakukan jika nanti San tak menuruti apa yang ia inginkan, itu terlalu mudah sekarang.

"Dan berhenti meremas penisku."

I am your Bitch! : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang