48

4.4K 307 57
                                    

Sudah lebih dari satu minggu tapi San benar-benar tak mendapatkan kabar apapun dari Seonghwa, itu semakin membuatnya khawatir pada Seonghwa.

Ia bahkan tak fokus untuk bekerja dan sekarang ia memilih untuk meliburkan diri terlebih dahulu. Ia tak boleh terlalu memikirkannya, karena Wooyoung.

Wooyoung pasti akan curiga dengan itu dan tentu saja dia akan marah padanya nanti. Sekarang pun Wooyoung sudah menatapnya dengan tajam disana.

"Apa yang kamu pikirkan!?"

"Tidak ada sayang."

"Jangan berbohong padaku."

"Aku tak–"

Suara bel berbunyi membuat ucapan San terpotong, ini bahkan terlalu pagi untuk seseorang bertamu ke rumahnya. San beranjak dan berjalan kearah pintu.

Wooyoung mengerutkan dahinya, siapa yang datang sekarang, benar-benar menganggu. Wooyoung mendengus kesal, ia mulai berjalan menghampiri San.

"Siapa itu Sanie–"

Wooyoung terkejut melihat siapa yang datang sekarang dan bagaimana bisa dia ada disini, Seonghwa. Seharusnya dia tak dapat datang karena Hongjoong bukan.

Sama halnya dengan Wooyoung, San juga terkejut melihat kedatangan Seonghwa sekarang, terlebih dengan banyaknya luka memar di wajahnya dan juga lehernya.

San kembali terkejut saat Seonghwa tiba-tiba memeluknya dan menangis didalam pelukannya itu. Entah mengapa itu menyakiti perasaannya sekarang.

"Hwa ada apa? darimana kamu mendapatkan luka memar sebanyak itu?"

"Hongjoong... dia– dia terus memukuliku."

San melirik pada Seonghwa yang masih menangis disana, wajahnya itu sungguh dipenuhi luka memar, ia tak tega untuk melihatnya lebih lama.

San membawa masuk Seonghwa kedalam, meninggalkan Wooyoung yang masih tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang dan tentu saja itu membuatnya marah.

"Lepaskan!"

Wooyoung menarik lengan Seonghwa cukup kencang, membuat Seonghwa meringis sakit karena lengan yang ditarik Wooyoung adalah lengannya yang patah.

San yang melihat Seonghwa meringis kesakitan itu membuatnya marah pada Wooyoung, ia melepaskan genggaman tangan Wooyoung dari lengan Seonghwa.

"Apa kau buta?! Seonghwa sedang terluka, bagaimana bisa kau melakukan hal kasar seperti itu padanya!"

Wooyoung tersentak saat San tiba-tiba saja membentaknya cukup keras disana, San tak pernah sekalipun membentak sekeras itu padanya selama ini.

Tatapannya benar-benar menyeramkan, dia marah padanya hanya karena ia menarik lengan Seonghwa. Ia menatap San yang membawa Seonghwa ke kamar.

Dan tentu saja itu membuat perasaannya tersakiti, ia juga merasa sangat cemburu sekarang. Wooyoung berjalan ke kamar menghampiri San dan juga Seonghwa.

"Aku akan mengobatimu, tunggulah."

Seonghwa mengangguk. Ia sengaja datang pagi karena Hongjoong masih tertidur, dia juga menyita ponselnya, membuatnya tak bisa menghubungi siapapun.

Bahkan Hongjoong dengan sengaja mengerjakan pekerjaannya itu di kamar inapnya hanya untuk mengawasi dirinya. Ia sudah tak tahan berada diposisi ini.

Ia tak dapat menerima semua perlakuan kasar dari Hongjoong lagi, bahkan saat ia tak melakukan apapun, dia dengan tiba-tiba memukulnya. Itu menakutkan.

"Apakah ini sakit?"

Seonghwa kembali mengangguk, ia tak dapat menahan tangisnya sekarang, beruntung karena San masih perhatian padanya meskipun ada Wooyoung disini.

Dan Wooyoung tentu saja ia merasa tak terima dengan semua yang ia lihat sekarang, ia terbakar api cemburu. Kekhawatirannya itu benar-benar terjadi.

"Biar aku saja yang mengobatinya San."

"Tidak! aku... aku ingin San yang melakukannya."

Wooyoung mengerutkan dahinya, apa maksudnya itu, apakah dia berpikir jika ia akan menyakiti dia begitu, sialan bahkan ia tak berani melakukan itu jika ada San.

Atau dia memang sengaja karena ingin mengambil semua perhatian San darinya. Benar-benar menyebalkan, jika saja dia tak terluka seperti sekarang.

San sudah pasti tak akan membela dia dan San juga tak akan membentak dirinya. Ia juga tak percaya jika semua luka memar itu adalah hasil dari perbuatan Hongjoong.

"San–"

"Diamlah, Wooyoung."

I am your Bitch! : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang